Tragedi Sambas berdarah
Awal peristiwa dilatar belakangi kasus pencurian ayam oleh seorang warga suku Madura yang
ditangkap dan dianiaya oleh warga masyarakat suku melayu.
(lokasi kejadian di kecamatan jawai; tang dak tau juak labeh
jelasnye antol manenye)
Peristiwa berkembang
dengan bergabungnya ratusan warga suku Madura dan menyerang warga suku Melayu
yang berakibat 3 orang suku Melayu meninggal dunia dan 2 orang luka-luka.
(Issu yang terdengar ada sekitar 2-3 mobil truk yang
menyerang perkampungan melayu di Pasar Parit Setia Jawai. Pada saat itu melayu
tidak melawan sama sekali kecuali beberapa orang jago yang merasa punya ilmu
lebih (kebal). Baku hantam pun tak terhindarkan lagi, api perang sudah
dihidupkan dan oleh karena perlawanan yang tak seimbang dan titik lemah orang
melayu kebal tersebut diketahui (kabarnya dengan menghadirkan gadis bugil) maka
3 orang jagoan melayu gugur di medan perang pada saat Lebaran Pertama Idul
Fitri. (Untuk mengenang peristiwa ini maka dibangunlah Tugu Ketupat
Berdarah di Pasar Parit Setia Jawai). Melayu kalah telak dan setelah puas
menyincang-nyincang tubuh mangsanya maka pasukan lawan pulang membawa
kemenagannya denga yel-yel "MELAYU KEROPO'K - MELAYU KEROPO'K".
Lebaran itu adalah lebaran pahit di tanah sambas.
Berhubung suasana lebaran walaupun begitu mencekam maka
kabar ini meluas dengan cepat ke seluruh pelosok sambas ditambah bumbu-bumbu
penyedap yang semakin menyulut api semakin membara maka luka-luka terpendam
selama berpuluh-puluh tahun terasa sakit kembali bahkan begitu perih melebihi
sakit saat pertama luka hingga memunculkan kesepakatan tak tertulis di seluruh
jiwa sambas "Tunggu kau bikin ulah lagi, kami tak akan pernah memaafkanmu".
Selain itu terjadi
pula kasus perkelahian antara kenek angkot warga suku Melayu dengan penumpang
angkot warga suku Madura yang tidak mau membayar ongkos.
(Lokasi kejadian di sekitar semparuk)
Akibatnya
terjadi saling balas membalas antara warga suku Melayu dibantu suku Dayak
menghadapi warga suku Madura dalam bentuk perkelahian, penganiayaan dan
pengrusakan.
(Ini terjadi di malam harinya setelah kejadian kenek angkot
diatas. Pada awalnya massa berkumpul dipasar semparuk untuk mengkonfirmasi
kejadian kenek angkot tersebut. Berkaca dari kasus jawai ; karena biasanya
setelah terjadi baku hantam antar 2 suku maka suku lawan akan balas menyerang
maka dalam sekejap massa berkumpul mencapai ribuan orang di sekitar semparuk
menghadapi serangan lawan dengan perlengkapan seadanya. Karena lawan yang
ditunggu-tunggu tidak juga datang menyerang maka massa yang tak tertahankan
emosinya menghancurkan beberapa kediaman suku lawan. Oleh karena massa
berjumalah ribuan orang maka situasi tak dapat dikendalikan, pengrusakan hingga
pembakaran terjadi hampir diseluruh kediaman warga madura yang berdomisili di
semparuk. Puluhan rumah hangus terbakar pada saat itu juga. Pembakaran ini
mulai dilakukan sekitar jam 08.30 malam. Tidak jelas apakah pada peristiwa
semparuk ini terdapat korban jiwa. Warga madura yang berdomisili di semparuk
seluruhnya mengungsi ke desa sebelah yaitu Sempadung dan dikabarkan membentuk
kekuatan untuk balas menyerang. Saya sendiri yang berkediaman sekitar 2km dari
lokasi kejadian sempat melihat cahaya api membara di berbagai titik kejadian
selain itu juga mendengar bunyi tembakan dan gemuruh tiang listrik dipukul2.
Berhubung saya masih sangat kecil tidak diizinkan melihat lebih dekat lagi
malahan dipaksa tidur dini.
Pada pagi harinya jalanan sangat lengang. Saya masih duduk
di kelas 5 SD pada waktu itu dan memaksakan diri untuk tetap berangkat ke
sekolah, namun sebagian besar teman-teman sekolahku tidak masuk sekolah karena
takut atau lebih tepatnya dilarang orang tuanya karena situasi begitu mencekam.
Saat itu ada pembagian kue gratis di sekolah "Makan Tambahan Anak Sekolah
(MTAS) program pemerintah. Stok kue yang seharusnya di bagikan ke seluruh anak
sekolah terpaksa kami boyong sepuasnya. heee. Lagi enak-enak makan eh Ayah
menjemputku dengan sepeda buntutnya, kue dimasukan ke dalam tas ampe gak muat
dan sepeda di kayuh ayah dengan ngebut sekuat tenaga. Situasi tidak aman
katanya, kita harus cepat nyampi di rumah dan mengungsi ke tempat yang lebih
aman.
Peristiwa berkembang
dengan terjadinya kerusuhan, pembakaran, pengrusakan, perkelahian, penganiayaan
dan pembunuhan antara warga suku Melayu dibantu warga suku Dayak menghadapi
warga suku Madura, yang meluas sampai kedaerah sekitarnya.
Setelah peristiwa pembakaran pada malam harinya. Suasana
makin parah, issu beterbangan semakin tak jelas dan sembrawut, yang paling
menakutkan adalah suku madura balas menyerang. Pengungsian melayu tak
terhindarkan lagi. Akan tetapi kebanyakan tak tau dimana tempat yang aman, maka
mengumpullah warga-warga melayu di salah satu rumah dan dijaga ketat kaum adam.
Harta benda yang dianggap berharga di sembunyikan dalam tanah. yang bisa
diboyong di bungkus dan diseret kemana-kemana. Saya sendiri sempat membantu Ibu
membereskan bungkusannya dan
di
sembunyikan di belakang rumah terus di tutup dengan plastik. heee lucu kan????
Tanah dibelakang rumah dianggap lebih aman dari di dalam rumah.

Sementara itu kaum adam sibuk mempersenjatai diri, apapun di
pakai untuk mempertahankan diri, dari senapan angin, tombak, ketapel, parang,
kayu hingga bambu runcing selalu ditenteng. Sore harinya kami diboyong untuk
mengungsi ke rumah Nek Aki (Kakek) di Seburing yang lokasinya agak sedikit
lebih jauh dari lokasi penggempuran pertama. Menurut desas desus cerita pada
waktu itu perlawanan sengit terjadi terutama pada malam hari. Yang jelas warga
madura tidak ada yang menyerang perkampungan melayu. Karena kekhawatiran yang
tinggi pihak madura akan melakukan serangan balasan maka penggempuran
perkampungan madura semakin giat di lancarkan. Disekitar wilayah semparuk warga
madura banyak yang berdomisili di desa Sempadung. Tidak seperti penggempuran di
semparuk, di sempadung memerlukan energi yang eksta untuk menembusnya. Dua hari
dua malam pengepungan belum mampu menembus brekade madura di desa itu. Setelah
bantuan datang dari segala penjuru sambas hingga warga dayak pun turun tangan
ahirnya Sempadung pecah juga selama hampir seminggu. Disinilah banyak
berguguran para pejuang di kedua belah pihak. Pada pagi itu saya masih nekat ke
sekolah tapi baru jam 10 sudah di suruh pulang oleh guru dengan alasan
keamanan. Dan ternyata tidak jauh dari sekolah ada seorang pemuda yang baru
seumuran SMA gugur pada saa perang memecahkan sempadung pada malam harinya.
Saya pun penasaran dan mampir ke rumah tersebut dan setelah beberapa teman ikut
menyakiskan mayat tersebut dan pingsan di tempat saya urungkan niat melihat Si
mayat. Kabarnya pemuda melayu itu di cincang-cincang, kepalanya hampir putus
dan wajahnyapun sulit dikenali dengan pakaian berlumuran darah dan baju yang
sobek dicincang. Mengerikan memang,,,, belum lagi kabar yang menyatakan bahwa
beberapa kepala "Preman Madura" yang sering bikin ulah pada waktu
jaya nya
dulu
di arak keliling pasar dan dijadikan bola kaki. Ada juga yang sengaja
memamerkan kepala "Preman" yang sangat di benci warga tersebut di
atas drum di pinggir jalan. Biar semua orang lewat bisa melihat bahwa si anu
yang katanya paling hebat dulu telah jadi mayat. Ada yang iseng menyompeli
kepala tanpa badan tersebut dengan rokok bahkan ada juga yang mengatakan
kemaluannya dipotong dan disompelkan ke mulutnya kayak orang merokok. Sadis
ya........... Tapi itu cerita orang saya tidak berani menyatakan kebenarannya
karena tidak sempat melihat dengan mata kepala sendiri.

Telah terjadi pengungsian
warga suku Madura secara besar-besaran. Kemudian isu ini dieksploitir oleh
kelompok-kelompok tertentu untuk kepentingannya. Merasa diatas angin dan
berhasil memecahkan pertahanan sempadung yang dianggap sebagai pertahanan
terkuat Madura maka penggempuran desa-desa lainnya tak dapat dielakkan lagi.
Kerusuhan secara cepat meluas seperti membakar hutan di musim kemarau. Tanpa
komando dan perintah satu persatu perkampungan madura di bumi hanguskan. Yang
selamat berupaya mengungsi menyelamatkan diri. Menurut desas desus cerita
sebelum menggempur suatu perkampungan madura sebelumnya sudah dikonfirmasi
terlebih dahulu dengan peringatan "kampung anda akan segera kami musnahkan
kalau mau selamat segera melarikan diri, yang bertahan / melawan akan
dipotong". Pada dasarnya warga madura yang membaur dengan warga melayu
dengan segala upaya akan diselamatkan warga melayu dan di urus agar segera
mengungsi ke luar sambas dengan catatan rumah mereka pasti hancur/dibakar. Saya
banyak bukti akan hal ini. contohnya di kampung kami, warga madura tak ada yang
tewas/dipancung. Yang menyerang perkampungan madura di suatu tempat adalah
warga melayu dari daerah lain bukan warga melayu setempat. Sebalikanya
warga melayu tersebut tidak bisa berbuat apa-apa kecuali berupaya menyelamatkan
warga madura agar mengungsi keluar sambas. Celakanya kerusuhan berawal
pecah dari pesisir (semaparuk dan sekitarnya) hingga sulit mengungsikan madura
keluar sambas. Warga madura yang menyelamatkan diri banyak yang berlarian ke
arah hulu sambas hingga pengungsian keluar sambas tidak bisa dilakukan kecuali
lewat jalur laut. Disilah banyak banyak berjatuhan korban karena akses laut
juga tidak lancar sedangkan penggempuran semakin tak terbendung sampai ke
seluruh pelosok negeri sambas termasuk daerah Sui Duri, Sui Pangkalan,
Menterado hingga Bengkayang yang saat itu masih tergabung dalam Kab.
Sambas.
Peristiwa
ini adalah kejadian yang kesepuluh sejak tahun 1977 dan juga pernah terjadi
terhadap etnis yang lain. Setahu saya kerusuhan melayu dan madura tidak pernah
terjadi sebelumnya. Kalau perkelahian antar sekelompok pemuda mungkin saja.
Yang jelas Dayak VS Madura memamang sering terjadi.
Kronologi peristiwa.
a. Pada tanggal 17 Januari 1999 pukul
01.30 WIB telah ditangkap dan dianiaya pelaku pencurian ayam warga suku Madura
oleh warga suku Melayu.
b. Pada tanggal 19 Januari 1999 sekitar
200 orang suku madura dari suatu desa menyerang warga suku Melayu desa lainnya.
c. Hari berikutnya terjadi perkelahian
antara warga suku Madura dan warga suku Melayu karena tidak membayar ongkos
angkot. Kejadian ini berkembang menjadi perkelahian antara kelompok dan antara
desa yang disertai pembakaran, pengrusakan dan tindak kekerasan lainnya.
d. Warga suku Melayu dibantu suku Dayak
melakukan penyerangan, pembakaran, pengrusakan, penganiayaan dan pembunuhan
terhadap warga suku Madura dan selanjutnya saling membalas.
e. Peristiwa berkembang dengan terjadinya
pengungsian warga Madura dalam jumlah cukup besar menuju Singkawang dan
Pontianak.
f. Tindakan aparat keamanan antara lain :
- Melokalisir dan mencegah meluasnya kejadian,
- Membantu mengevakuasi para pengungsi, melakukan pencarian
dan penyelamatan suku Madura yang melarikan diri kehutan,
- Membantu para pengungsi ditempat penampungan,
- Mengadakan dialog dengan tokoh masyarakat dan pemuka
agama, serta
- Melakukan upaya penegakan hukum terhadap para pelaku
kriminal.
g. Korban akibat kerusuhan Sambas terdiri
dari, meninggal dunia 489 orang, luka berat 168 orang, luka ringan 34 orang,
rumah dibakar dan dirusak (3.833), mobil dibakar/dirusak (12) dan motor (9),
masjid/madrasah dirusak/dibakar (8), sekolah dirusak (2), gudang dirusak (1)
dan warga Madura mengungsi 29. 823 orang. Kalo yang ini kayaknya datanya tidak
akurat. Saya memperkirakan lebih dari 1000 orang warga madura yang meninggal
dunia alias dipancung. Banyak penguburan massal yang dilakukan warga melayu di
suatu tempat. Sekitar 500m dari kediaman saya juga sempat dikuburkan 1 orang
mayat madura akan tetapi dipindahkan lagi ke TPU. Kawan saya juga pernah
mencari kayu bakar di pinggiran sungai (5 tahunan setelah kerusuhan) dan ia
menemukan tengkorak manusia yang diduga korban kerusuhan. Banyak lagi deh
ditemukan tengkorak-tengkorak manusia di hutan-hutan lainnya. Apakah ini
terdata oleh kepolisian???? tentu tidak kan?????
Proses Hukum.
a. Pelaku yang ditangkap 208 orang dan
dalam proses peradilan sebanyak 59 orang, yang terdiri dari suku Madura 13
orang, suku Melayu 42 orang dan suku Dayak 4 orang.
b. Barang bukti disita 607 pucuk senjata
api rakitan, 2.336 senjata tajam, 76 bom molotov, 86 ketapel, 969 anak panah, 8
botol dan 8 toples obat mesiu, 443 butir peluru timah, 79 peluru pipa besi, 349
butir peluru setandard ABRI dan 441 butir peluru gotri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar