Makalah
evolusi(Mutasi gen, frekuensi gen dalam populasi dan hukum Hardy-Weinberg)
MUTASI GEN , FREKUENSI GEN DALAM POPULASI, DAN TEORI
HARDY-WEINBERG
Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Evolusi
Disusun Oleh:
NAMA:MISNAWATI
KELAS :1A/REGULER B
NIM :F1082141065
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah S.W.T yang telah memberikan karunia-Nya
sehingga,penulis dapat menyusun makalah yang berjudul”Mutasi gen , Frekuensi
gen populasi dan Hukum Hardy Weinberg”dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen pengampu mata kuliah Evolusi telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam penyusunan makalah ini.Sehingga, makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.Makalah ini disusun sebagai tugas awal yang menjadi kesepakatan dalam
kontrak perkuliahan.Dengan demikian penulis berharap agar makalah ini dapat
menambah khasanah pengetahuan baik bagi kelompok kami maupun bagi para pembaca
dalam memahami konsep evolusi secara umum.
Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun,untuk kesempurnaan makalah di masa yang akan datang.Semoga
makalah ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi para pembaca.
PONTIANAK, Desember 2014
DAFTAR ISI
Halaman
Judul………………………………………………………………….i
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………ii
DAFTAR……………………………………………………………………….
iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang………………………………………………………………...1
1.2
Rumusan Masalah……………………………………………………………..1
1.3
Tujuan…………………………………………………………………………1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Mutasi Gen Dan Akibat dari mutasi gen…………………………………...7
2.1.1
Mutasi Gen………………………………………………………………….7
2.1.2
Akibat terjadinya Mutasi gen……………………………………………..9
2.2.
Frekuensi Gen Populasi……………………………………………………10
2.3
Hukum Hardy-Weinberg Sebagai Pendukung Terjadinya Evolusi…….12
2.3.1
Definisi Hukum Hardy-Weinberg……………………………………….12
2.3.2
Penerapan dan Teori Evolusi Hukum Hardy–Weinberg……………...15
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan……………………………………………………………………...22
3.2
Saran…………………………………………………………………………23
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………...24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara tentang salah satu kajian
biologi yang paling mengundang rasa penasaran para sainstist adalah bidang
evolusi. Karena evolusi merupakan salah satu kajian biologi yang menimbulkan
teka-teki yang perlu diunggap, selain itu ada juga yang menyebutkan
evolusi merupakan teori dan adapula yang menyebutkan evolusi adalah
fakta. Hal ini tentu sangat menarik untuk dikaji. Berbagai alasan oleh para
ahli baik yang pro akan terjadinya evolusi maupun kontra akan terjadinya evolusi
telah diungkapkan dalam bukunya masing-masing.Salah satu ahli yang sangat
dikenal sebagai bapak evolusi adalah Carles Darwin dengan bukunya the origin
species.Banyak ahli pula yang mendukung pendapat Darwin tentunya dengan
penemuannya sendiri. Evolusi terjadi dilevel populasi.Populasi merupakan
sekumpulan individu yang menempati habitat tertentu.Pada individu dalam
populasi yang mengalami evolusi tentu disebabkan oleh beberapa faktor.Faktor
tersebut diantaranya terjadi mutasi gen dalam populasi, sehingga
menyebabkanfrekuensi gen dalam populasi mengalami perubahan. Hal ini sesuai
dengan aturan atau asas dari Hardy Weinberg.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas
maka rumusam masalah dar makalah ini adalah:
1) Apa
yang dimaksud dengan mutasi gen dan jelaskan akibatnya!
2)
Jelaskan apa yang dimaksud dengan frekuensi gen populasi?
3)
Bagaimana hukum Hardy-Weinberg dapat menjelaskan terjadinya evolusi?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1)
Mendeskripsikan definisi mutasi gen dan jelaskan akibatnya,
2)
Mendeskripsikan frekuensi gen populasi,
3)
Mendeskripsikan hukum Hardy-Weinberg sebagai pendukung terjadinya
evolusi.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam setiap spesies terdapat anggota kelompok populasi dengan cirri-ciri yang
berbeda satu sama lain. Bahkan antara dua individu, meskipun merupakan anggota
spesies yang sama. Keduanya dapat berbeda-beda karena variasi berbagai factor
antara lain genetic, umur, jenis kelamin, makanan, stadium daur hidup, bentuk
tubuh, habitat dan lain-lain. Secara genetic tidak ada dua individu dalam
spesies yang persis sama. Apalagi factor-faktor lingkungan juga ikut
berpengaruh dalam timbulnya ciri-ciri yang muncul sebagai fenotip. Perbedaan
cirri yang tampak pada anggota tiap spesies ini menyebabkan adanya
keanekaragaman dalam spesies.
Keanekaragaman
dalam spesies menyebabkan pada tiap anggota spesies dapat di lihat adanya
kedekatan kekerabatan satu sama lain. Semakin banyak persamaan cirri-ciri yang
dimiliki semakin dekat kekerabatannya. Sebaliknya, semakin sedikit persamaan
dalam ciri-ciri yang di miliki semakin jauh kekerabatannya. Dengan demikian
dalam suatu spesies dapat dijumpai kelompok-kelompok populasi yang satu sama
lain di bedakan berdasarkan persamaan dan perbedaan cirri-ciri morfologis atau
fenotipnya.
Terlepas
dari penggunaan keanekaragaman genetis guna mempelajari kekerabatan antara dua
individu atau dua populasi dalam satu spesies. Keanekaragaman genetis dalam
spesies perlu didokumen dengan baik. Khususnya dalam dunia hewan dan tumbuhan,
dokumentasi semacam ini merupakan suatu hal yang vital untuk konservasi
genotip-genotip untuk yang kelak berguna untuk program penangkaran.
Karakterisasi galur resisten dan pembawa penyakit serta genotip yang terkait
dengan trait yang diperlukan secara ekonomis sangat berharga bagi bidang
kedokteran dan pertanian. Yang menjadi persoalan adalah perlu disadari adanya
banyak keanekaragaman genetis dalam populasi maupun spesies, dan metode untuk
mengenali genotip-genotip khusus belum di kembangkan. Tampaknya kesulitan ini
dapat terjawab dengan pendekatan biologi molekuler. Dengan teknik-teknik
biologi molekuler maka sekarang dapat dilakukan pemeriksaaan terhadap keanekaragaman
genetis pada individu-individu anggota suatu spesies bukan saja sampai aras
protein tetapi bahkan ke aras DNA. Kita sudah mengetahui bahwa pada suatu
organism terdapat variasi yang diakibatkan oleh mutasi. Mutasi selalu terjadi.
Apabila hal ini terus terjadi, maka semua organism akan bertambah
beranekaragam.
Contoh
penelitian mengenai cheetah dan penyu hijau meberikan gambaran bahwa semua
individu cheetah dan penyu hijau di muka bumi yang jumlahnya mencapai ribuan
adalah identik atau hampir identik (Iskandar, 1994). Walaupun demikian, secara
ekologis tidaklah logis apabila cheetah dari Kenya dianggap satu populasi
dengan cheetah dari Ethiopia yang terpisah sejauh 6000 km. Dalam ekologi,
tempat atau lokasi dipakai sebagai tolak ukur untuk membedakan suatu populasi
dengan populasi lainnya yang berada di lokasi lain. Dalam istilah genetika
populasi, maka semua individu kedua jenis di atas diartikan sebagai satu
populasi. Adapun alasannya ialah bahwa suatu populasi dicirikan oleh suatu
perbedaan dibandingkan dengan populasi yang lain. Apa saja dapat dijadikan
tolak ukur untuk membedakan suatu populasi dapat dipakai. Misalnya frekuensi
suatu alel jarang dalam suatu populasi akan berbeda bila dibandingkan dengan
populasi yang lain. Perbedaan ini timbul karena individu suatu populasi akan
cenderung untuk kawin dengan anggota populasinya. Batasan ini berbeda dengan
batasan yang didefinisikan oleh para ekologiawan namun untuk menerangkan proses
evolusi kita akan memakai tolok ukur genetika populasi.
Telah
disepakati oleh sebagian besar para ahli bahwa evolusi biologis adalah
perubahan susunan genetic pada generasi yang berurutan. Genetika populasi
merupakan dasar pemahaman yang baik untuk mempelajari evolusi. Genetika
individu selalu berkaitan dengan konsep genotip yaitu susunan genetis individu.
Gene
pool merupakan total gen yang dimiliki oleh semua individu. Genotip individu
diploid maksimal hanya memiliki 2 alel suatu gen. hal ini tidak terjadi pada
gene pool dari suatu populasi, bahwa setiap jumlah dari berbagai macam alel
suatu gen di perhitungkan. Contoh gen A hanya memiliki bentuk alel A dan a pada
populasi yang dapat berbiak secara seksual. Jika alel A merupakan 80% dari
jumlah kedua alel dan a adalah 20%, maka akan kita katakana bahwa
frekuensi A dan a pada gen pool populasi ini adalah 0,8 dan 0,2. Jika frekuensi
ini berubah dengan berubahnya waktu maka perubahan ini merupakan petunjuk
adanya evolusi.
Coba
kita ulas lagi tentang populasi hipotesis seperti kita sebutkan di atas dimana
alela A memiliki frekuensi 0,8 dan alela a adalah 0,2. Bagaimana kita dapat
menghitung perbandingan genotip yang akan berada dalam populasi ini? Berangkat
dari asumsi bahwa semua genotip memiliki kemungkinan hidup yang sama, maka
perhitungannya adalah seperti “Punnet Squere” di bawah. Jika perbandingan A dan
a di dalam total populasi adalah 8:2, maka perbandingan sperma yang membawa
alela A dan a adalah 8:2 demikian juga untuk ovum.
Sperma
Ovum
|
0,8
|
0,2
|
0,8
|
0,64
|
0,16
|
0,2
|
0,16
|
0,04
|
Hasil
perhitungan di atas menunjukkan bahwa sperma dan telur di hasilkan oleh semua
hewan jantan dan betina dalam populasi, maka frekuensi dari setiap macam sperma
dan ovum seperti di tunjukkan pada diagram diatas. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa frekuensi homozigot dominan (AA) dalam populasi adalah 0,64
sedangkan heterozigot adalah 0,32 dan frekuensi dari genotip homozigot resesif
adalah 0,04. Maka frekuensi gene pool dari generasi pada waktu dilakukan
perhitungan (populasi hipotesis) adalah 0,8 dan 0,2 dan perbandingan genotipnya
adalah 0,64:0,32 dan 0,04.
Secara
terpisah Hardy dan Weinberg menemukan suatu rumusan yang menyatakan bahwa
frekuensi suatu alel dalam populasi akan tetap berada dalam keseimbangan dan
hal ini dijabarkan dengan rumus:
P2+2pq+q2=1
P
adalah frekuensi alel (A) dan q adalah frekuensi alel (a). Rumus ini berlaku
apabila:
- Mutasi tidak terjadi atau mutasi menguntungkan sama jumlahnya dengan mutasi yang merugikan
- Semua anggota [populasi tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk mengawini anggota populasi (perkawinan acak atau panmiksi)
- Tidak terjadi imigrasi atau jumlah individu yang berimigrasi adalah sama dengan yang berimigrasi
- Semua alela mempunyai kemungkinan yang sama untuk berada dalam populasi, tidak ada yang lebih unggul dari yang lain. Dengan perkataan lain, seleksi alam tidak terjadi.
- Jumlah populasi tetap, atau jumlah individu yang mati sama dengan jumlah individu yang lahir
- Populasi berjumlah besar sehingga factor kebetulan tidak terjadi atau dapat diabaikan.
1.
MUTASI
Kita
sekarng mengetahui bahwa mutasi selalu terjadi. Mutasi yang terjadi tidak
selalu mengakibatkan perubahan dalam struktur fungsi.kejadian mutasi walaupun
tidak terlihat mungkin ikut berperan misalnya protein yang bermutasi meskipun
tidak berubah dalam fungsi,mungkin memupnyai kelemahan tertentu yang baru
terlihat apabila keadan lingkungan berubah.yang sudah dapat di
pastikan,frekuensi gen dalam populasi akan berubah,karena ada suatu gen
yang berubah. Kemungkinan ada mutasi yang menguntungkan sama banyaknya
dengan mutasi merugikan tidak mungkin tercapai,karena pada umumnya mutasi yang
terjadi bersifat merugikan.
2.
PANMIKSI
Perkawinan
acak hanya mungkin terjadi didaerah yang secara ekologi adalah tepat
sama.biasanya perkawinan terjadi tidak secara acak.adanya suatu kelainan,pada
umunya menyebabkan kemunkinan melakukan perkawinan menjadi lebih kecil,meskipun
hal yang sebaliknya bisa terjadi.perkawianan pada umunya terjadi dengan indiviu
setetepat,karena kesempatan untuk bertemu lebih besar.mesikipun
perkawinanterjadi dalam populasi lokal,umunya ditemukan suatu mekanisme yang
mencegah perkawinan antar saudara.mekanisme yang berperan dalam hal ini pada
umumnya berupa naluri dan tingkah laku (etologis)
3.
EMIGRASI DAN IMIGRASI
Emigrasi
atau imigrasi akan mengubah frekuensi suatu gen dalam populasi.pengaruh
emigrasi atau imrigasi berbanding terbalik dengan ukuran populasi asal atau
ukuran populasi yang di bentuk. Lebih kecil ukuran populasi asal maka perubahan
frekuensi akan lebih besar bagi populasi tersebut. Pengaruh imi atau emigrasi
atau ukuran populasi dapat dilihat di bawah ini.
Ukuran
populasi
|
Emigrasi
(%)
|
Imigrasi
(%)
|
10
|
10
|
10
|
100
|
1
|
1
|
1000
|
0.1
|
0.1
|
10000
|
0.01
|
0.01
|
Bagi
suatu daerah terisolasi, misalnya suatu pulau, imigrasi suatu spesies
ditentukan oleh alel-alel yang ikut dibawa ke daerah tersebut. Karena jumlah
individu yang berhasil mencapai dan mengkolonisasi pulau itu dari tidak ad
menjadi suatu populasi yang stabil, maka biasanya suatu alel yang tidak berarti
frekuensinya dalam populasi asal yang cukup besar dapat menjadi penting sekali
bagi populasi kecil yang baru dibentuk. Hal ini disebut dengan genetika
drift (arus genetik) atau founder effect (efek pembentuk populasi)
atau sering juga di sebut dengan bottle neck effect (efek leher botol).
Hal ini selalu dapat kita temukan, terutama di Indonesia yang terjadi dari
pulau-pulau yang keci. Spesiasi atau sub spesiasi (terbentuknya seb spesies)
dapat kita terangkan dengan mekanisme diatas, meskipun biasanya banyak aspek
lain yang ikut menunjang.
Imigrasi
atau emigrasi dapat tidak terjadi di populasi yang terisolasi misalnya bagi
organisme yang hanya bisa hidup di danau, atau puncak gunung atau di suatu
pulau kecil yang terisolasi dari daratan.
4.
KEMAMPUAN ALEL-ALEL TIDAK SAMA
Alel-alel
berlainan mempunyai tingkat lurus hidup yang berlainan. Nilai lulus hidup
biasanya dinyatakan dalam perbandingan dengan alel normalnya. Nilai
kelulushidupanini dapat berubah-ubah bergantung pada lingkungan hidupnya.
Misalnya mutan vestigeal di alam tidak mungkin dapat bertahan dan kita dapat
memberi nilai 0. Tetapi di laboratorium, mereka cukup tahan, meskipun lebih
lemah daripada bentuk normalnya, yang pasti tidak sama dengan 0.
5.
POPULASI TETAP
Populasi
tetap secar teoritis tidak mungkin terjadi meskipun disuatu populasi yang
terisolasi. Selain faktor lingkungan yang senatiasa berubah sepanjang tahun,
juga selalu terjadi kelahiran dan kematian, tetapi hasil penelitian menyatakan
pada umumnya suatu populasi selalu berubah-ubah mengikuti suatu siklus
tertentu.
6.
POPULASI BESAR
Populasi
besar mungkin hanya terjadi pada serangga atau mikroba, tetapi hampir tidak
mungkin terjadi pada hewan mamalia. Hal ini erat hubungannya dengan makanan
yang tersedia sebab lebih besar populasi suatu organisme, jumlah makanan yang
tersedia harus jauh lebih besar dari penjelasan diatas, ternyata persyaratan
untuk rumus atau hukum Hardy-Weinberg hampir tidak pernah dipenuhi oleh karena
itu evolusi terjadi. Rumus ini hanya dapat di penuhi pada setahun waktu yang
singkat saja setiap saat rumus ini dipenuhi namun dalam jangka waktu tertentu
rumus ini tidak berlaku ke 6 persyaratan tersebut diatas tidak pernah dapat di
penuhi sekaligus. Hanya persyaratan ke 3, e,igrasi dan imigrasi saja yang dapat
di penuhi pada populasi terpencil atau organisme yang hanya dapat hidup pada puncak
gunung yang tinggi.(Widodo,dkk ,2003:41-45)
2.1 Mutasi Gen Dan Akibat dari mutasi gen
2.1.1
Mutasi Gen
suatu
kesempatan dapat menyebabkan perubahan evolusi di dalam populasi kecil, tetapi
perubahan ini kadang – kadang disebut juga genetic drift atau pergeseran
genetis tidak dipengaruhi secara besar oleh adaptivitas relative dari berbagai
gen. Hal ini disebut sebagai evolusi pertengahan (intermediate evolution).
Syarat kedua bagi keseimbangan mutasi mungkin tidak dijumpai pada suatu
populasi.
A.
mutasi maju
Mutasi
selalu terjadi, tidak ada suatu cara apapun untuk mencegahnya. Hampir semua gen
mungkin mengalami mutasi sekali pada 50.000 sampai 10.000 pembelahan, kecepatan
mutasi pada berbagai macam gen berbeda. Sangat jarang mutasi alel dengan sifat
sama dapat sampai mencapai keseimbangan. Jadi jumlah mutasi maju jarang sekali
sama dengan mutasi balik di dalam suatu kesatuan waktu. Contoh mutasi alel A ke
alel a adalah mutasi maju, sedangkan mutasi dari a ke A adalah mutasi mundur.
B.
mutasi mundur
Kecepatan
dari kedua mutasi ini jarang sekali akan terjadi dalam keadaan yang sama – sama
betul sama, salah satu mutasi yang akan terjadi lebih sering. Tekanan mutasi
ini akan cenderung untuk menyebabkan pergeseran perlahan – lahan pada frekuensi
genetis di dalam populasi. Alel yang lebih stabil akan cenderung untuk
bertambah frekuensinya, sedangkan alel yang mudah bermutasi akan cenderung
untuk berkurang frekuensinya, kecuali kalau ada faktor lain yang mengubah
tekanan mutasi ini. Meskipun tekanan mutasi selalu ada, tetapi mungkin sekali
bahwa ini merupakan faktor utama yang dapat menghasilkan perubahan pada
frekuensi genetis di dalam suatu populasi. Mutasi berjalan begitu lambat
sehingga kalau bereaksi secara tunggal akan membutuhkan waktu yang lama sekali
untuk menimbulkan suatu perubahan yang nyata (kecuali dalam hal poliploid).
Mutasi terjadi secara sembarang (random) dan seringkali cenderung untuk
mengarah pada jurusan yang berbeda dari faktor – faktor lain yang menyebabkan
organism sesungguhnya harus berevolusi.
Mutasi
mempertinggi variabilitas sehingga dengan demikian merupakan bahan (raw
material) yang segera ada untuk evolusi, tetapi jarang menentukan arah atau
sifat dari perubahan evolusi.
Kondisi
untuk keseimbangan genetis di dalam populasi adalah perkembangbiakan atau
reproduksi yang random. Reproduksi atau perkembangbiakan tidak hanya
bertanggung jawab atas kelangsungan reproduksi dari suatu populasi. Seleksi
pasangan, efisiensi dan frekuensi proses perkawinan, fertilitas, jumlah zigot
yang terjadi pada setiap perkawinan, prosentase zigot yang menuju kearah
pertumbuhan embrio dan kelahiran berhasil, kemampuan hidup keturunan sampai
mencapai umur berbiak. Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung pada
keturunannya dalam arti keselamatan atau efisiensi dari reproduksi. Bila
reproduksi merupakan sesuatu yang sama sekali random, maka semua faktor yang
mempengaruhi harus random, yakni tidak terganggu dari genotip.
Keadaan
tersebut di atas mungkin tidak dijumpai pada suatu populasi. Faktor – faktor
tersebut mungkin selalu berhubungan dengan genotip, yakni genotip dari
organisme yang mempengaruhi pasangannya dan semua hal yang disebutkan di atas.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa tidak ada aspek reproduksi yang sama
sekali tidak mempunyai hubungan dengan genotip.
Reproduksi
tidak sembarang (nonrandom) adalah hukum umum. Reproduksi di dalam arti luas
adalah seleksi alam. Jadi seleksi selalu bekerja pada semua populasi.
2.1.2
Akibat terjadinya Mutasi gen
- Mutasi mengubah struktur an DNA tetapi tidak mengubah produk yang dihasilkan
Seperti
yang sidah diketahui DNA merupakan sumber informasi genetik
DNA
akan ditranlasikan menjadi asam amino,asam amino membentuk protein. Ada
asam amino yang dikode oleh salah satu kode genetik atau kodon tetapi ada juga
yang dikode oleh kode genetik.Apabila mutasi terjdadi pada satu tempat pada
dna, tetapi tidak mengubah produk asam amino yang dihasil atau dalam hal ini
asam amino yang dihasilkan tetap sama.Maka mutasi tersebut tidak berakibat
apa-apa.
- Mutasi mengubah struktur DNA dan mengubah komposisi produk tetapi tidak mengubah fungsi produk yang dihasilkan
Dalam
hal ini terjadi perubahan produk, sehingga misalnya asam amino yang dihasilkan
adalah lisin.Pada hal kode genetik sebelum mutasi terjadi adalah asam amino
treonin. Akibatnya terjadi perubahan dalam rantai protein yang dihasilkan.
Walaupun demikian protein itu tidak mengalami perubahan lagi .
- Mutasi mengubah fungsi produk yang dihasilkan, tetapi tidak berakibat apa-apa mutasi dapat berakibat lebih besar, sehingga fungsi suatu protein berubah.Misalnya kita mengenal golongan darah ada beberapa macam.Golongan darah yang lebih langka diduga sebagai hasil mutasi dari golongan darah yang paling umum.Semuanya berfungsi normal, namun kalau dilakukan transfusi darah dengan golongan darah yang lain baru akibatnya dapat dilihat.
- Mutasi mengakibatkan perubahan fungsi yang besar namun kejadiannya pada sel somatik, jadi tidak diturunkan.
Mutasi
sel somatik jarang kita lihat sebagai contoh tahi lalat dapat dianggap sebagai
suatu mutasi somatik yang diturunkan .
- Mutasi bisa bersifat fatal sehingga organisme tersebut mati, jadi tidak terlihat.Mutasi yang bersifat fatal ini dikenal sebagai gen letal.Banyak gen letal yang diketahui misalnya hemofilia.
Mutasi
yang menguntungkan contoh mutasi menguntungkan sangat banyak
- Mutasi yang menguntungkan dapat dilihat dari banyak segi bagi manusia mungkin menguntungkan tetapi bagi organisme lain mungkin merugikan misalnya ayam mutan ayam broiler, sapi pedaging, menguntungkan bagi manusia, tetapi bagi hewan tersebut tidak demikian dikarenakan hewan-hewan tersebut menjadi lemah san lamban sehingga lebih muda dimakan predatornya.
Dari
keenam kemungkinan diatas kasus kelima yang berakibat fatal sebenarnya paling
umum terjadi.Sedangkan kasus terakhir merupakan sering terlihat.Sehingga kita
mengangap mutasi yang terjadi sedikit sekali.(Anonim,2011)
2.2.
Frekuensi Gen Populasi
Peristiwa
mutasi akan mengakibatkan terjadinya perubahan frekuensi gen, sehingga akan
mempengaruhi fenotipe dan genotipe. Mutasi dapat bersifat menguntungkan dan
merugikan. Sifat menguntungkan maupun merugikan tersebut terjadi jika:
a.
Dapat menghasilkan sifat baru yang lebih menguntungkan,
b.
Dapat menghasilkan spesies yang adaptif,
c.
Memiliki peningkatan daya fertilitas dan viabilitas. Selain menguntungkan, ada
kemungkinan mutasi bersifat merugikan yaitu menghasilkan sifat-sifat yang
berkebalikan dengan sifat-sifat di atas. Untuk mengetahui angka laju mutasi.
FAKTOR
– FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI GEN
1.
Seleksi
Seleksi
merupakan suatau proses yang melibatkan kekuatan – kekuatan untuk menentukan
ternaka mana yang boleh berkembang biak pada generasi selanjutnya. Kekuaktan –
kekuatan itu bisa di kontrol sepenuhnya oleh alam yang disebut seleksi alam.
Jika kekuatan itu di kontrol oleh manusia maka prosesnya disebut seleksi buatan
kedua macam seleksi itu akan merubah frekuensi gen yang sat relatif terhadap
alelnya. Laju perubahan frekuensi pada seleksi buatan jika dibandingkan dengan
seleksi alam.
Untuk
mendemonstrasikan peran seleksi dalam mengubah frekuesni gen, diambil suatu
contoh populasi yang terdiri dari beberapa ribu sap yang bertanduk dan yang
tidak bertanduk. Jika diasunsikan bahwa frekuensi gen yang bertanduk dan
yang tidak bertandu pada populasi tersebut masing – masing 0,5 ( bila
terjadi kawin acak) maka sekitar 75% dari total sapi yang ada tidak bertanduk
dan 25% bertanduk. Dari 75% sapi yang tidak bertanduk sebanyak 1/3 bergenotip
hemozigot dan 2/3 bergenotip heterozigot.
2.
Mutasi
Mutasi
adalah suatu perubahan kimia gen yang berakibat berubahnya fungsi gen. Jika gen
mengalami mutasi dengan kecepatan tetap maka frekuensi gen akan sedikit
menurun, sedangkan frekuensi alel akan meningkat. Laju mutasi bervariasi
dari suatu kejadian mutasi ke kejadian mutasi lain. Namun, laju relatif rendah
( kira – kira satu dalam satu juta pengandaan ge) sebagai gambaran, diambil
contoh frekuensi gen merah pada sapi angus, yaitu antara 0.05-0.08. jika
terjadi kawin acak maka akan dijumpai 25-64 ekor sapi merh dari setiap 10.000
kelahiran. Anak sapi yang berwarna merah dan juga tetua yang heterozigot akan
dikeluarkan dari peternakan. Secara teoritis frekuensi gen merah akan menurun
mendekati angkan nol, namun kenyataan frekuensi gen merah tetap anata 0.05-0.08
dari suatu generasi ke generasi berikutnya hal itu bisa dijalaskan dengan
mengunakkan teori mutasi. Diduga bahwa laju mutasi gen hitam menjadi gen merah
sama dengan laju seleksi terhadaap gen merah sehingga tercapai suatu
keseimbangan.
3.
Pencampuran populasi
Percampuran
dua populasi yang frekuensi gennya berbeda dapat mengubah frekuensi gen
tertentu. Frekuenssi gen ini merupakan rataan dari frekuensi gen dari dua
populasi yang bercampur.
Jika
seorang peternak memiliki 150 ekor sapi dengan frekuensi bertanduk dengan =
0.95 ( bila terjadi kawin acak) maka sekitar 90% dari sapi – sapinya akan
bertanduk. Selanjutnya, jika diasumsikan bahwa ada enam pejatan baru yang
diamsukkan ke peternakan utnuk memperbaiki mutu geneteik terna – ternak yang
ada. Dari enam pejantan dimasukkan terdapat satu ekor yang bertanduk, dua ekor
yang tidak bertanduk heterozigot dan tiga ekor yang tidak bertanduk
homozigot. Frekuensi gen bertanduk pada kelompok pejantan =
1/6 = 0.033. dengan asumsi bahwa tidak ada sapi lain yang masuk kedalam
peternakan maka frekuensi gen bertanduk pada populasi itu setelah terjadi kawin
acak, selama satu generasi ( 0.950 + 0.333) / 2 = 0.064
4.
Silang dalam (inbreeding ) dan sialng luar (outbreeding)
Silang
dalam merupakan salah satu bentuk isolasi secara genetik. Jika suatu populais
terisolasi, silang dalam cenderung terjadi karena adanya keterbatasan pilihan
dalam proses perkawinan. Jika silang dalam terjadi anatara grup ternak yang
tidak terisolasi secara geografis maka pengaruhnya juga yang sama. Oleh sebab
itu, silang dalam merupakan suatu isolasi buatan. Sebenarnya silang dalam tidak
merubah frekuensi gen awal pada saat proses silang dalam dimulai. Jika terjadi
perubahan frekuensi gen maka perubahan itu disebabkan oleh adanya seleksi,
mutasi dan pengaruh sampel acak. Jika silang luar dilakukan pada suatu populasi
yang memilik rasio jenis kelamin yang sama dengan frekuensi gen pada suatu
lokus yang sama pada kedua jenis kelamin maka frekuensi gen tidak akan berubah
akibat pengaruh langsung silang luar.
5.
Genetic drift
Genetic
drift merupakan perubahan frekuensi gen yang mendadak. Perubahan frekuensi gen
yang mendadak biasanya terjadi pada kelompok kecil ternak yang di pindahkan
untuk tujuan pemulian ternak atau dibiakan. Jika kelompok ternak
diisolasi dari kelompok ternak asalnya maka frekuensi gen yang terbentuk
pada populasi baru dapat berubah. Perubahan frekuensi gen yang mendadak
dapat pula disebabkan oleh bencana alam, misal matinya sebagian besar ternak
yang memiliki gen tertentu.(Rispandahlan, 2012)
2.3
Hukum Hardy-Weinberg Sebagai Pendukung Terjadinya Evolusi
2.3.1
Definisi Hukum Hardy-Weinberg
Asas
Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotipe
dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam kesetimbangan dari
satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat pengaruh-pengaruh
tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut meliputi
perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, ukuran populasi
terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen. Adalah penting
untuk dimengerti bahwa di luar laboratorium, satu atau lebih pengaruh ini akan
selalu ada. Oleh karena itu, kesetimbangan Hardy-Weinberg sangatlah tidak
mungkin terjadi di alam. Kesetimbangan genetik adalah suatu keadaan ideal yang
dapat dijadikan sebagai garis dasar untuk mengukur perubahan genetik.
Frekuensi
alel yang statis dalam suatu populasi dari generasi ke generasi mengasumsikan
adanya perkawinan acak, tidak adanya mutasi, tidak adanya migrasi ataupun
emigrasi, populasi yang besarnya tak terhingga, dan ketiadaan tekanan seleksi
terhadap sifat-sifat tertentu.
Contoh
paling sederhana dapat terlihat pada suatu lokus tunggal beralel ganda: alel yang dominan ditandai A
dan yang resesif ditandai a. Kedua frekuensi alel tersebut ditandai p
dan q secara berurutan; freq(A) = p; freq(a) = q;
p + q = 1. Apabila populasi berada dalam
kesetimbangan, maka freq(AA) = p2 untuk homozigot AA dalam populasi,
freq(aa) = q2 untuk homozigot aa, dan
freq(Aa) = 2pq untuk heterozigot.
Konsep
ini juga dikenal dalam berbagai nama: Kesetimbangan Hardy-Weinberg, Teorema
Hardy-Weinberg, ataupun Hukum Hardy-Weinberg. Asas ini dinamakan dari G. H. Hardy dan Wilhelm Weinberg.
Syarat berlakunya asas Hardy-Weinberg
- Setiap gen mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama
- Perkawinan terjadi secara acak
- Tidak terjadi mutasi gen atau frekuensi terjadinya mutasi, sama besar.
- Tidak terjadi migrasi
- Jumlah individu dari suatu populasi selalu besar
Jika syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka
frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam suatu populasi akan
konstan dan evolusi pun tidak akan terjadi. Tetapi dalam kehidupan, syarat-syarat tersebut tidak mungkin
terpenuhi sehingga evolusi dapat terjadi. Suatu keseimbangan yang lengkap di
dalam gene pool tidak pernah dijumpai, perubahan secara evolusi adalah
sifat – sifat fundamental dari kehidupan suatu populasi.( Sweety Hamster Rescue, 2012)
Godfrey
Harold Hardy dan Wilhelm Weinberg tahun
1908 secara terpisah menemukan dasar-dasar frekuensi alel dan genetik dalam
suatu populasi. Prinsip yang berupa pernyataan teoritis tersebut dikenal
sebagai hukum (prinsip kesetimbangan) Hardy-Weinberg. Pernyataan itu
menegaskan bahwa frekuensi alel dan genotip suatu populasi (gene pool)
selalu konstan dari generasi ke generasi dengan kondisi tertentu.
Kondisi-kondisi yang menunjang Hukum Hardy-Weinberg sebagai berikut:
Kondisi-kondisi yang menunjang Hukum Hardy-Weinberg sebagai berikut:
- Ukuran populasi harus besar
- Ada isolasi dari polulasi lain
- Tidak terjadi mutasi
- Perkawinan acak
- Tidak terjadi seleksi alam
Formulasi
hukum Hardy-Weinberg dapat dijelaskan berikut ini.
Pada
suatu lokus, gen hanya mempunyai dua alel dalam satu populasi. Para ahli
genetika populasi menggunakan huruf p untuk mewakili frekuensi dari satu
alel dan huruf q untuk mewakili frekuensi alel lainnya. (Anonim, 2012)
Perubahan
Perbandingan Frekuensi Gen (Genotip) pada Populasi
Hukum
Hardy-Weinberg tidak berlaku untuk proses evolusi karena hukum Hardy-Weinberg
tidak selalu menghasilkan angka perbandingan yang tetap dari generasi ke
generasi. Kenyataannya, frekuensi gen dalam suatu populasi selalu mengalami
perubahan atau menyimpang dari hukum Hardy-Weinberg.
Beberapa
faktor yang menyebabkan perubahan keseimbangan hukum Hardy-weinberg dalam
populasi yaitu adanya:
- Hanyutan genetik (genetic drift),
- Arus gen (gene flow),
- Mutasi,
- Perkawinan tidak acak, dan
- Seleksi alam. Masing-masing penyebab perubahan kesetimbangan hukum Hardy-Weinberg atau perubahan frekuensi genetik populasi merupakan kondisi kebalikan yang dibutuhkan untuk mencapai kesetimbangan Hardy-weinberg.
Hukum
ini menyatakan bahwa dalam suatu kondisi tertentu yang stabil, frekuensi gen
dan frekuensi genotif akan tetap konstan dari satu generasi ke generasi dalam
suatu populasi yang berbiak seksual, bila syarat berikut dipenuhi:
- Genotif yang ada memiliki viabilitas (kemampuan hidup) dan fertilitas (kesuburan) yang sama
- Perkawinan yang terjadi berlangsung secara acak
- Tidak ada mutasi gen
- Tidak terjadi migrasi
- Tidak terjadi seleksi
Hukum
Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam suatu populasi.
Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke
generasi, maka populasi tersebut tidak mengalami evolusi. Bila salah
satu saja syarat tidak dipenuhi maka frekuensi gen berubah, artinya populasi
tersebut telah dan sedang mengalami evolusi.(Anonim,2012)
2.3.2
Penerapan dan Teori Evolusi Hukum Hardy–Weinberg
Bila
frekuensi gen yang satu dinyatakan dengan simbol p dan alelnya dengan
simbol q, maka secara matematis hukum tersebut dapat ditulis sebagai
berikut:
Contoh
penggunaan hukum ini adalah sebagai berikut:
1.
Bila dalam suatu populasi masyarakat terdapat perasa kertas PTC 64% sedangkan
bukan perasa PTC (tt) 36%,
a.
Berapa frekuensi gen perasa (T) dan gen bukan perasa (t) dalam populasi
tersebut?
b.
Berapakah rasio genotifnya?
Populasi
mendelian yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya kawin acak
(panmiksia) di antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu
memiliki peluang yang sama untuk bertemu dengan individu lain, baik dengan
genotipe yang sama maupun berbeda dengannya. Dengan adanya sistem kawin acak
ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan dari generasi ke generasi. Prinsip
ini dirumuskan oleh G.H. Hardy, ahli matematika dari Inggris, dan W.Weinberg,
dokter dari Jerman,. sehingga selanjutnya dikenal sebagai hukum keseimbangan
Hardy-Weinberg.
Di
samping kawin acak, ada persyaratan lain yang harus dipenuhi bagi berlakunya
hukum keseimbangan Hardy-Weinberg, yaitu tidak terjadi migrasi, mutasi, dan
seleksi. Dengan perkatan lain, terjadinya peristiwa-peristiwa ini serta sistem
kawin yang tidak acak akan mengakibatkan perubahan frekuensi alel.
Deduksi
terhadap hukum keseimbangan Hardy-Weinberg meliputi tiga langkah, yaitu :
(1)
Dari tetua kepada gamet-gamet yang dihasilkannya
(2)
Dari penggabungan gamet-gamet kepada genotipe zigot yang dibentuk
(3)
Dari genotipe zigot kepada frekuensi alel pada generasi keturunan.
Secara
lebih rinci ketiga langkah ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Kembali kita
misalkan bahwa pada generasi tetua terdapat genotipe AA, Aa, dan aa,
masing-masing dengan frekuensi P, H, dan Q. Sementara itu, frekuensi alel
A adalah p, sedang frekuensi alel a adalah q. Dari populasi generasi tetua ini
akan dihasilkan dua macam gamet, yaitu A dan a. Frekuensi gamet A sama dengan frekuensi
alel A (p). Begitu juga, frekuensi gamet a sama dengan frekuensi alel a (q).
Dengan
berlangsungnya kawin acak, maka terjadi penggabungan gamet A dan a secara acak
pula. Oleh karena itu, zigot-zigot yang terbentuk akan memilki frekuensi
genotipe sebagai hasil kali frekuensi gamet yang bergabung.
Kita
ketahui bahwa frekuensi gene pool dari generasi ke generasi pada waktu
ini (populasi hipotesis) adalah 0,9 dan 0,1; dan perbandingan genotip adalah
0,81; 0,81; dan 0,01. Dengan angka – angka ini kita akan mendapatkan harga yang
sama pada generasi berikutnya. Hasil yang sama ini akan kita jumpai pada
generasi seterusnya, frekuensi genetis dan perbandingan genotip tidak berubah.
Dapat kita simpulkan bahwa perubahan evolusi tidak terjadi. Hal ini dapat
diketahui oleh Hardy (1908) dari Cambrige University dan Weinberg
dari jerman yang bekerja secara terpisah. Secara singkat dikatakan di dalam
rumus Hardy-Weinberg
“Di
bawah suatu kondisi yang stabil, baik frekuensi gen maupun perbandingan genotip
akan tetap (konstan) dari generasi ke generasi pada populasi yang berbiak
secara seksual”
Kondisi
yang Diperlukan untuk Keseimbangan Genetis
Perlu
diteliti apakah yang dimaksud dengan kondisi pada hokum Hardy – Weinberg,
sehingga menyebabkan gene pool dari suatu populasi berada di dalam
keseimbangan genetis. Kondisi tersebut digambarkan sebagai berikut:
- Populasi harus cukup besar, sehingga suatu faktor kebetulan saja tidak mungkin mengubah frekuensi genetis secara berarti.
- Mutasi tidak boleh terjadi, atau harus terjadi keseimbangan secara mutasi.
- Harus tidak terjadi emigrasi dan imigrasi.
- Reproduksi harus sama sekali sembarang (random).
Secara
teoritis, suatu populasi harus begitu besar sehingga dapat dianggap bukan
merupakan faktor penyebab dari perubahan frekuensi genetis. Dalam kenyataan,
tidaklah ada populasi yang besarnya tidak terbatas, tetapi beberapa populasi
alami dapat cukup besar sehingga perubahan sedikit saja tidak cukup menjadi
penyebab dari perubahan yang berarti pada frekuensi genetis gene pool mereka.
Suatu
populasi produktif yang terdiri lebih dari 10.000 anggota yang dapat berbiak,
mempunyai kemungkinan besar tidak dipengaruhi secara berarti oleh perubahan
sembarang, yang dapat menuju kepada lenyapnya suatu alel dari gene pool, meskipun
alel itu merupakan alel superior. Di dalam populasi yang demikian, ternyata
hanya terdapat sangat kecil alel yang mempunyai frekuensi antara, rupanya semua
alel itu mempunyai kecenderungan untuk hilang dengan segera atau tertahan
sebagai satu – satunya alel yang ada. Dengan perkataan lain, populasi kecil
mempunyai kecenderungan besar untuk menjadi homozigot, sedangkan populasi besar
cenderung untuk lebih bermacam – macam.
Contohnya
aplikasi Hukum Hardy-Weinberg antara lain sebagai berikut:
Menghitung
prosentase populasi manusia yang membawa alel untuk penyakit keturunan.
Frekuensi individu yang lahir dengan PKU disimbolkan dengan q2 pada persamaan Hardy-Weinberg ( q2 = frekuensi genotip homozigot resesif ). Kejadian satu individu PKU tiap 10 ribu kelahiran menunjukkan q2 = 0,0001. Oleh karenanya frekuensi alel resesif untuk PKU dalam populasi adalah sebagai berikut.
Frekuensi individu yang lahir dengan PKU disimbolkan dengan q2 pada persamaan Hardy-Weinberg ( q2 = frekuensi genotip homozigot resesif ). Kejadian satu individu PKU tiap 10 ribu kelahiran menunjukkan q2 = 0,0001. Oleh karenanya frekuensi alel resesif untuk PKU dalam populasi adalah sebagai berikut.
q2
= 0,0001 q = √
0,0001 = 0,01
Data
frekuensi alel dominant ditentukan sebagai berikut.
p
= 1 – q ; p = 1 – 0,01 ; p = 0,99
Frekuensi
heterozigot karier, pada individu yang tidak mengalami PKU namun mewariskan
alel PKU pada keturunannya, yaitu sebagai berikut.
2pq
= 2 x 0,99 x 0,01
2pq
= 0,0198 ( sekitar 2% )
Hal
ini berarti sekitar 2 % suatu populasi manusia yang membawa alel PKU.
Menghitung frekuensi alel ganda.
Persamaan ( p + q ) = 1 seperti yang digunakan pada contoh-contoh sebelumnya hanya berlaku apabila terdapat dua alel pada suatu lokus dalam autosom. Apabila lebih banyak alel ikut mengambil peranan, maka dalam persamaan harus ditambah lebih banyak symbol. Misalnya pada golongan darah system ABO dikenal tiga alel yaitu IA , IB dan i . Andaikan p menyatakan frekuensi alel IA , q untuk frekuensi alel IB dan r untuk frekuensi alel i , maka persamaan menjadi ( p + q + r ) = 1. Hukum Ekuilibrium Hardy-Weinberg untuk golongan ABO berbentuk sebagai berikut.
- Berapakah frekuensi alel IA , IB , dan i pada masing-masing populasi tersebut ?
- Dari 320 orang yang bergolongan darah A itu, berapakah diperkirakan homozigotik IA IA ?
- Dari 150 orang bergolongan darah B itu, berapakah diperkirakan heterozigotik IB i ?
Penyelesaian
untuk persoalan diatas sebagai berikut. Andaikan p = frekuensi untuk alel IA ,
q = frekuensi untuk alel IB , r = frekuensi untuk alel i, maka menurut hukum
Hardy-Weinberg
- p2IAIA + 2prIA + q2IBIB + 2qrIBi + 2pqIAIB + r2ii
r 2 = frekuensi golongan O
= 490/1000 = 0,49 ;
r = √ 0,49 = 0,7
( p + r ) 2 = frekuensi
golongan A + golongan O
( p + r ) 2 = 320+490/1000
= 0,81
( p + r ) = √ 0,81
= 0,9
p = 0,9
– 0,7 = 0,2
Oleh karena ( p + q + r ) = 1, maka q = 1 – (p + q) = 1 –
(0,2 + 0,7) = 0,1
Dengan demikian, frekuensi alel I A = p adalah
0,2; frekuensi alel IB = q = 0,1 ; dan
frekuensi alel 1 = r = 0,7
- Frekuensi genotip IAIA = p2 = (0,2)2= 0,04. Jadi dari 320 orang bergolongan A yang diperkirakan homozigotik IAIA = 0,04 x 1000 orang = 40 orang.
- Frekuensi genotip IB i = 2qr = 2 (0,1 x 0,7) = 0,14 . Jadi dari 150 orang
bergolongan B yang diperkirakan heterozigotik I B
i = 0,14 x 1000 orang = 140 orang.
Menghitung
frekuensi gen tertaut kromosom X.
Dalam genetika populasi Suryo, 1984 menyatakan persoalan-persoalan yang dibicarakan sebelumnya merupakan cara menghitung frekuensi gen yang mempunyai lokus pada autosom. Namun, disamping autosom terdapat pula kromosom X. Oleh karena laki-laki hanya mempunyai sebuah kromosom X saja, maka cara menghitung frekuensi gennya berbeda dengan cara menghitung frekuensi gen pada kromosom X perempuan. Distribusi kesetimbangan dari genotip-genotip p untuk sifat yang tertaut kelamin, dengan p + q = 1 adalah
sebagai berikut.
Dalam genetika populasi Suryo, 1984 menyatakan persoalan-persoalan yang dibicarakan sebelumnya merupakan cara menghitung frekuensi gen yang mempunyai lokus pada autosom. Namun, disamping autosom terdapat pula kromosom X. Oleh karena laki-laki hanya mempunyai sebuah kromosom X saja, maka cara menghitung frekuensi gennya berbeda dengan cara menghitung frekuensi gen pada kromosom X perempuan. Distribusi kesetimbangan dari genotip-genotip p untuk sifat yang tertaut kelamin, dengan p + q = 1 adalah
sebagai berikut.
Untuk
laki-laki = p + q , karena
genotipnya A– dan a–
Untuk perempuan = p2 + 2pq + q2 , karena genotipnya AA, Aa, aa. |
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1)
Mutasi yang terjadi tidak selalu mengakibatkan perubahan dalam struktur
fungsi.kejadian mutasi walaupun tidak terlihat mungkin ikut berperan misalnya
protein yang bermutasi meskipun tidak berubah dalam fungsi,mungkin memupnyai
kelemahan tertentu yang baru terlihat apabila keadan lingkungan berubah.yang
sudah dapat di pastikan,frekuensi gen dalam populasi akan berubah,karena
ada suatu gen yang berubah
2)
Peristiwa mutasi akan mengakibatkan
terjadinya perubahan frekuensi gen, sehingga akan mempengaruhi fenotipe dan
genotipe. Mutasi dapat bersifat menguntungkan dan merugikan. Sifat
menguntungkan maupun merugikan tersebut terjadi jika:
a.
Dapat menghasilkan sifat baru yang lebih menguntungkan,
b.
Dapat menghasilkan spesies yang adaptif,
c.
Memiliki peningkatan daya fertilitas dan viabilitas. Selain menguntungkan, ada
kemungkinan mutasi bersifat merugikan yaitu menghasilkan sifat-sifat yang
berkebalikan dengan sifat-sifat di atas. Untuk mengetahui angka laju mutasi.
3)
Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam suatu populasi akan
tetap konstan, yakni berada dalam
kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat
pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar