KISAH
NABI MUHAMMAD SAW
Sejak kecil tanda-tanda kenabian Muhammad Saw
telah ditampakkkan Allah. PAda masa kecilnya, anak Halimatus SAdiyah sedang
bermain dengan Nabi Muhammad di padang pasir. Tiba-tiba saja Nabi Muhammad
menghilang, dan anaknya melihat bahwa Nabi Muhammad dibelah dadanya oleh
malaikan dan dibersihkan hatinya. Setelah pulang ke rumah diceritakanlah apa
yang terjadi kepada nabi muhammad.
Kisah Nabi Muhammad Saw | Sadarlah Halimatus
Sadiyah bahwa ia sedang mengasuh seorang putera yang istimewa. Dan sadarlah ia,
mengapa peliharaan kambingnya selama ini berhasil dengan baik, memberikan susu
dan tubuhnya gemuk-gemuk. Tentulah, karena Allah memberikannya kenikmatan atas
perbuatan baiknya terhadap nabi.
Kisah Nabi Muhammad Saw | Kemudian setelah 4
tahun lamanya, nabi Muhammad diserahkan kembali kepada ibunya. Pada usia 6
tahun (48 SH), beliau diajak oleh ibunya berziarah ke kubur ayahnya dan
berziarah ke keluarganya dari Bani Adiy. Dalam perjalanan pulang ketika sampai
di Abwa sebuah dusun yang berdekatan dengan Madinah, ibunya sakit dan tidak
lama kemudian dalam perjalanan itu ibunya meninggal dunia.
Kisah Nabi Muhammad Saw | Akhirnya, nabi Muhammad
saw menjadi yatim piatu di usia yang sangat kecil. Oleh karena itu Abdul
Muthallib, kakeknya menjadi pengasuhnya yang setia setelah ditinggalkan oleh
orang tuanya. Dalam masa-masa itu beliau menjadi penggembara kambing milik
kakeknya. Namun rupanya usia Abdul Muthallib semakin tua dan sudah mendekati
ajalnya, Abdul Muthallib wafat pada saat usianya 8 tahun (46 SH), sebelum wafat
beliau menyerahkan nabi Muhammad kepada Abu Thalib untuk diasuhnya sebagai
anaknya sendiri.
Kisah Nabi Muhammad Saw | Abu Thalib menjadi
pengasuh setia bagi Nabi Muhammad, diajaknya beliau berdagang ke Syam.
Dilewatinya perjalanan dagang yang telah dilewati ayahnya, dan menikmati
perjalan itu dengan membuktikan cerita-cerita orang yang telah didengarnya.
Ditengah perjalanan ia berjumpa dengan seorang Rahib Buhaira yang bernama
nastur, melihat tanda-tanda kenabian padanya, bahwa akan datang suatu hari
kelak para pedagang dari arah selatan yang akan membawa seorang anak yang akan
menjadi Nabi akhir zaman, lalu ia berkata kepada Abu Thalib:”Sesungguhnya anak
ini akan memiliki urusan besar”.
Kisah Nabi Muhammad Saw | Pada masa kecilnya,
nabi juga menggembalakan kambing sebagaimana nabi-nabi sebelumnya, untuk
menempa dirinya melihat alam yang luas membentang, langit yang terbuka dan alam
sekitarnya untuk ia renungkan sejak masa kecilnya.
Masa Dewasa
Kisah Nabi Muhammad Saw | Dari waktu ke waktu
akhirnya, Nabi Muhammad tumbuh menjadi pemuda dewasa. Beliau bekerja kepada
Khodijah binta khuwailid seorang saudagar wanita terkaya di Makkah. Sebgai
orang baru yang mendapat kepercayaan. Khodijah mengutus bersama beliau Maysarah
untuk menyertainya dalam perjalanan dagang itu. Beliau melewati perjalanan
dagang yang kedua kalinya menuju Syam.
Kisah Nabi Muhammad Saw | Dan apabila beliau
telah selesaikan tugasnya, dagangan beliau laku dengan keuntungan besar. Bahkan
Maysarah menceritakan hal-ihwalnya dalam perjalanan dagang bersamanya. Ia
menceritakan bahwa apabila ia berangkat di siang hari maka dilihatnya awan
mengiringi perjalanan mereka dan memberi keteduhan kepada mereka.
Lama kelamaan, salutlah Khodijah dengan kejujuran
dan budi pekerti Nabi Muhammad yang saat itu berumur 25 tahun. Maka
dinyatakanlah oleh Khadijah keinginannya untuk meminta Nabi Muhammad menjadi
suami baginya. Sedangkan khodjah saat itu berumur 40 tahun. Saat keinginan
Khodijah disampaikan kepadanya, beliau mengatakan tidak memiliki apa-apa untuk
perkawinan. Maysarah mengatakan bahwa Khodijah memintanya untuk menjadi
suaminya. Maka akhirnya menikahlah beliau dengan Khodijah dengan selisih umur
yang cukup jauh (28 SH/ 595 M).
Perkawinan beliau dengan Khodijah membuahkan
anak-anak: Qosim, Ruqayyah, ummi Kultsum dan Fatimah, yang kesemuanya wafat
kecuali hanya satu saja yang hidup, yakni Fatimah.
Kisah Nabi Muhammad Saw | Pada usia Nabi 35 tahun
terjadilah kesepakatan bangsa Quraisy untuk membangun Kabah. PAra bangsawan
Quraisy mulai mencari pengaruh dan berebut simpati dari masyarakat untuk
menjadi orang pertama yang meletakkan pembangunan itu. Tarik-menarik
kepentingan itu telah membuahkan perselisihan antar suku yang akan memicu
peperangan antar suku-suku Arab yang menghormati kabah itu. Dan disepakatilah
oleh suku-suku itu untuk membuat perjanjian bersama, menyepakati yang akan
meletakkan batu pembangunan pertama kabah itu. mereka sepakat untuk menunjuk
orang yang paling pertama kali masuk ke mesjid adalah orang yang berhak pertama
kali meletakkan batu pertama pembangunan Ka’bah itu.
Bila tiba saatnya, ternyata Nabi Muhammad adalah
orang yang pertama masuk ke dalam masjid itu. Sehingga secara jujur dan adil
diakui beliaulah orang yang berhak untuk memimpin pembangunan itu.
Kisah Nabi Muhammad Saw | Bila tiba saatnya,
beliau memanggil seluruh kepala suku untuk menyaksikan pembangunan ini.
Diletakkannya Surban diatas tanah dan ditaruhnya Hajar Aswad ditengahnya,
masing-masing kepala suku untuk memegang ujung surban itu untuk dibawa ke kabah.
Lalu Nabi Muhammad meletakkan Hajar Aswad ditempatnya. Dengan demikian pupuslah
permusuhan antar suku dengan kebijaksanaan Nabi Muhammad yang sangat adil itu.
Dan menjadi terkenal di tanah Hijaz dan mendapat gelar al-AMien karena
kejujuran dan kepandaiannya memengang amanh.
Masa kenabian
Setelah kejadian itu, bertahun-tahun berikutnya,
Nabi Muhammad sering melakukan tahannuts (menyendiri untuk mendekatkan diri
kepada Allah) di sebuah gua yang bernama Gua Hira. Gua tersebut sangat sulit
didaki sehingga jarang ada orang yang mendakinya.
Selama bertahun-tahun beliau bertahannuts di gua
itu. Sampai suatu malam, pada waktu usianya 40tahun. Datanglah Malaikat
memberitahukan kepadanya bahwa Allah telah mengangkatnya menjadi Rasul dan
ALlah mewahyukan kepadanya lima Ayat Alquran yang pertama di Gua Hira itu.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
telah menciptakanmu. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah! Dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan manusia dengan
pena, mengajarkan manusia tentang apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq
1-5).
Kisah Nabi Muhammad Saw | Nabi Muhammad sangat
gugup menerima wahyu itu, dan berulang-ulang malaikat Jibril memerintahkan
kepadanya untuk membaca. Sampai akhirnya dieja bacaannya satu demi satu, hingga
sempurna bacaan itu. Kemudian nabi Muhammad pulang ke rumahnya. Khodijah amat
terkejut melihat suaminya menggigil dan badannya basah oleh peluh keringatnya.
Beliau minta Khodijah menyelimutinya. Dan tiba-tiba Malaikat Jibril kembali
datang kepadanya.
Diriwayatkan oleh Abi Salmah bin Abdurrahman
bahwa Rasulullah bersabda “Sesungguhnya aku berdiam diri di Gua Hira. maka
ketika habis masa diamku, aku turun lalu aku telusuri lembah. Aku liha kemuka,
kebelakang, ke kanan dan kekiri. Lalu aku lihat ke langit tiba-tiba aku melihat
Jibriel yang amat menakutkan. Maka kau pulang ke Khadijah. Khadijah
memerintahkan mereka untuk menyelimuti aku. Merekapun menyelimuti aku, Lalu
Allah menurunkan:”Wahai orang yang berselimut. Bangunlah lalu berilah peringatan.
Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah dan janganlah kamu memberi
(dengan maksud) memperoleh balasan) yang lebih banyak” (QS Al-Muddatsir
74:1-6).
Kisah Nabi Muhammad Saw | Ketika Waraqah bin
Naufal mendengar tentang kisah nabi, dengan wahyu yang turun padanya, Khadijah
telah memapahnya ia memegang dadanya, ia berkata: “Ini adalah Namus yang
diturunkan Allah pada Musa, semoga aku dapat hidup ketika kaummu mengusirmu”,
ia berkata:”Mengusir mereka?” ia berkata: “Ya tak ada seorang pun yang semisal
dengan apa yang akan datang padamu kecuali ia akan disakiti, apabila aku tahu
apa yang diperbuat oleh kaummu aku akan tolong engkau dengan sekuat tenaga”.
Belum sempat Waraqah menolongnya, ia telah wafat terlebih dahulu. Sejak saat
itu, maka Nabi Muhammad menyeru kepada kaumnya untuk menyembah Allah dan
meninggalkan sesembahan berhala. Beliau mulai dengan menyeru kepada Khodijah
yang langsung beriman kepadanya. Kemudian Ali dari golongan anak yang paling
kecil, kemudian Abu Bakar dari golongan sahabatnya, kemudian Zaid bin Haritsah
dari kalangan budak.
Kisah Nabi Muhammad Saw | Dakwah Nabi ketika itu
masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan tidak secara terang-terangan.
Sampai kaum muslimin berjumlah 40 orang, yang kemudian disebut sebagai
Assaabiqunal awwaluun, barulah Nabi Muhammad memulai dakwahnya secara
terang-terangan.
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan
segala apa yang diperintahkan (kepadamu), dan berpalinglah dari orang-orang
yang musyrik” (QS. Al-Hijr 15:94).
Dengan tersebarnya Islam, maka naik pitamlah
pembesar-pembesar Quraisy yang merasa tersaingi oleh Nabi Muhammad. Bahkan
paman-pamannya sendiri seperti Abu Jahal dan Abu Lahab adalah orang-orang yang
paling membencinya. Rasulullah mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah Yang
Maha Esa, Yang menciptakan langit dan bumi, yang mempertukarkan siang dan
malam, dan meninggalkan berhala-berhala mereka, dan tidak menyekutukan Allah
dengan apapun. Ketika diturunkan ayat:
“Dan berilah peringatan kepada kerabat, kerabatmu
yang dekat dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu
orang-orang yang beriman” (QS. As-Syuaraa 26:214-215)
Rasulullah kemudian datang ke bukit Shofa, beliau
menyeru:”Kemarilah kalian, hai Quraisy!” orang-orang kemudian berkumpul dan ia
berkata: “Apakah kalian percaya apabila aku katakan kepada kalian bahwa musuh
akan menyerang kalian baik pagi ataupun sore, apakah kalian percaya kepadaku?”
Kisah Nabi Muhammad Saw | Mereka menjawab:”Ya,
kami tidak pernah melihat anda berbohong?”, beliau melanjutkan:”Maka aku datang
kepada kalian menjadi pemberi peringatan akan datangnya siksa yang amat pedih”.
Demi mendengar itu, amat berangnya Abu Lahab Ia berkata:”Celakalah engkau
Muhammad! APakah untuk ini engkau mengumpulkan kami?”. Kemudian Nabi Muhammad
menerima wahyu dari Malaikat Jibril untuk menyatakan kepadanya:
Celakalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya
dia akan celaka. Tidak akan berguna hartanya dan apa yang dia perolehnya. Kelak
dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitupula ) isterinya
pembawa kayu bakar. Yang dilehernya ada tali dari sabut”. (QS. al-Lahab
111:1-5)
Setelah kejadian itu, maka kaum muslimin semakin
dipinggirkan, dan selalu dicaci maki, dicemooh bahkan disiksa karena
keyakinannya. Nabi Muhammad sendiri tidak kurangnya dihina, bahkan dilempari
kotoran binatang.
Tahun kesedihan.
Kisah Nabi Muhammad Saw | Siksaan demi siksaan
terus ditimpakan kepada kaum muslimin. Sampa suatu saat kaum muslimin sangat
terdesak akibat shahifah diatas kabbah yang mengisolasi Bani Hasyim dan kaum
muslimin. Sehingga memaksa kaum muslimin untuk berhijrah pertama kalinya ke
Abissynia. Kekejaman kaum kafir Quraisy tidak berhenti sampai disitu, mereka
terus melakukan penyiksaan terhadap kaum muslimin sampai mereka mau murtad dari
imannya. Namun tetap saja mereka bertahan dan sabar menghadapi ujian-ujian itu.
Walaupun berat ujian yang dirasakan mereka, namun tiada surut jua keyakinan
yang telah terpatri, Allah menyelamatkan mereka dari penyembahan berhala dan
tuhan-tuhan mereka yang tidak memberi manfaat dan mudharat sedikitpun. Mereka
beriman kepada Tuhan nabi Muhammad dan Tuhan bapak-bapaknya Ismail an Ibrahim
As.
Abu Thaliblah orang yang terus membela nabi
Muhammad dari kecaman-kecaman dan ancaman orang Quraisy selama berdakwah di
Makkah. Dan istrinya, Khodijah, dialah saudagar kaya yang terus membela
keberadaan kaum yang beriman di Makkah.
Kisah Nabi Muhammad Saw | Dengan segala
kemampuannya, Khodijah terus memberikan pertolongan kepada Bani Hasyim dan kaum
muslimin yang diisolasi oleh kaum Quraisy. Kaum Quraisy dilarang berdagang
dnegan itu benar-benar menyiksa kaum muslimin. Khadijah, tampil menjadi orang
utama dalam membela mereka. Namun sekuat apapun pertolongan Khadijah terhadap
mereka, ia tidak dapat menolak takdir, ajal pun semakin dekat kepadanya.
Sehingga Khodijah wafat tahun 10 kenabian (3 SH/ 619 M). Betapa sedihnya, hati
rasulullah atas wafatnya Khodijah, dialah istri yang sangat setia kepadanya di
dalam keadaan duka kecuali ia berada di sampingnya. Tiada pula keluh kesahnya,
ketika beliau dicaci-maki, dilempari kotoran, dihina orang-orang, kecuali ia
datang kepadanya untuk menghibur Rasulullah. Oleh sebab itu, sebagai manusia
biasa, kesedihan itu terasa pula menyentuh kalbunya.
Kisah Nabi Muhammad Saw | Sementara itu, berbagai
upaya dilakukan oleh Quraisy untuk melunakkan hati nabi Muhammad. Abu Thalib
diperintahkan pemuka-pemuka Quraisy untuk menyampaikan pesan kepada nabi untuk
meninggalkan agamanya dan berhenti mengajak orang-orang untuk beriman kepada
Allah. Mereka berjanji: “Apabila ia menginginkan harta, maka akan kami berikan
harta yang banyak kepadanya, sehingga ia meninggalkan agamanya, apabila ia
menginginkan jabata, maka akan kami berikan kepadanya jabatan yang tinggi di
antara kaum Quraisy asal ia berhenti berdakwah dan jika ia menginginkan seorang
wanita maka akan kami berikan padanya wanita tercantik dari kaum Quraisy untuk
dijadikan istrinya demikian bunyi pesan mereka.
Nabi Muhammad dengan tegas menyatakan kepada
pamannya saat itu: “Demi Allah wahai pamanku! Seandainya mereka meletakkan
matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku agar aku meninggalkan
perkara ini maka sama sekali tidak akan lakukan! Sampai aku hancur karenanya!”.
Kisah Nabi Muhammad Saw | Abu Thalib bin Abdul
Muthalib adalah paman nabi yang amat dicintainya. Abu Thalib selalu melindungi
nabi setelah kakeknya wafat. Ketika ajal menjemputnya, pada tahun yang sama
dengan wafatnya Khodijah, rasa kesedihan nabi terbaca dari raut wajahnya.
Ketika Abu Thalib dalam keadaan sekarat, Rasulullah menemuinya. Dan di
sebelahnya (Abu Thalib) ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah. Maka kata
Nabi:”Pamanda, ucapkanlah laa ilaaha illallaah karena dengan kalimat itu kelak
aku dapat memintakan keringanan bagi paman di sisi Allah. Abu Jahal dan
Abdullah berkata: “Abu Thalib. APakah engkau sudah tidak menyukai agama Abdul
Muthallib?” Kedua orang itu terus berbicara kepada ABu Thalib sehingga
masing-masing mengatakan bahwa ia tetap memintakan ampunan bagimu selama aku
tidak dilarang berbuat demikian, maka turunlah ayat:
“Tidak sepatutnya bagi nabi dan orang yang
beriman memintakan ampun kepada Allah bagi yang musyrik” (QS. at-Taubah 9:113).
Bertambahlah kesedihan nabi dengan meninggalnya
dua orang yang sangat disayanginya, sehingga tahun ini disebut dengan aamul huzni
atau tahun kesedihan.
Isra Mikraj
Setelah tahun-tahun itu nabi Muhammad mengalami
kesedihan, sebagaimana seorang manusia, kesedihan itu tampak pada diri
Rasulullah.
Kemudian datanglah peristiwa yang menghibur
Rasulullah, pada tahun 12 kenabian Allah mengangkatnya ke langit tujuh,
sebagaimana diabadikan al-Quran dalam surat al-Isra ayat 1-2:
“Maha suci Allah yang telah memperjalankan
hambaNya Pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha untuk
memperlihatkan tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia Maha Maha mendengar
dan Maha Melihat. Dan telah kami berikan kepada Musa sebuah kitab dan kami
jadikan sebagai petunjuk bagi Bani Israil”.
Ayat tersebut menunjukkan pertalian nabi dengan
nabi-nabi sebelumnya yang diutus Allah ke muka bumi, sebagaimana telah tertulis
dalam Taurat dan injil bahwa akan ada seorang nabi akhir zaman yang menjadi
penutup para nabi.
Kisah Nabi Muhammad Saw | Pada saat itulah,
kesedihan beliau pupus dengan peristiwa yang membesarkan hati beliau. Tetapi
tidak berarti cobaan yang dihadapi nabi telah selesai. Bahkan setelah mendengar
kejadian itu kaum kafir Quraisy semakin mengejek dan menghina nabi dengan
menyatakan bahwa ia telah menjadi pembohong dan pendongeng. Bahkan ujian
keimanan itu telah menimpa pula pada sebagian sahabat yang ragu dengan
perjalanan israk dan mikraj nabi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha kemudian
naik ke Sidratul Muntaha.
Saat itu Abu Jahal yang masuk ke Kabah bertanya
kepada Nabi untuk mengejeknya:”Apakah malam tadi kabar baru kepadamu?”. Maka
rasulullah menganggkat kepalanya dan menjawabnya:”Ya, aku telah diperjalankan
malam ini dari Baitul Maqdis ke Syam”, maka berkatalah Abu Jahal
mengingkarinya:”Bagaimana mungkin, sedangkan pagi ini engkau berada disini”,
nabi menjawab dengan pasti:”Ya”.
Kisah Nabi Muhammad Saw | Maka berteriaklah Abu
Jahal kepada kaum Quraisy layaknya orang gila, sedangkan nabi belum
menyampaikan berita tersebut kepada para sahabatnya. Maka berkumpullah
orang-orang di Kabah dan dihasutnya semua manusia untuk mendustai nabi. Maka
bertanyalah salah seorang dari kaum muslimin bertanya kepada Rasulullah:
“Benarkah, engkau telah diperjalankan malam tadi, Ya Rasulullah?”, nabi
menjawab:”Ya , dan aku sholat bersama saudara-saudaraku para nabi disana”. Maka
berkembanglah pemberitaan yang bercampur dengan hasutan Abu Jahal. Sehingga
adapula beberapa kaum muslimin yang terbujuk hasutan mereka.
Hanya Abu Bakar yang secara tulus dan berani
menyatakan “Kenapa kalian jadi putus asa? … sesungguhnya aku percaya kepadanya
lebih dari itu… aku percaya kepadanya dalam kebaikan langit yang datang padanya
siang maupun malam” kemudian ia berkata dengan tegas: Kalau itu yang
dikatakannya, maka ia benar” Keberanian dan ketulusan Abu Bakar inilah yang
memperkuat sahabat sehingga tidak berarti lagi ejekan dan hinaan kaum kafir
Quraisy terhadap mereka.
Dan kaum muslimin semakin kuat imannya, dan
semakin lama semakin berkembang. Ada saja satu dua orang yang masuk Islam,
sehingga menambah berang kaum Quraisy. Siksaan demi siksaan terus dialami oleh
orang-orang yang beriman.
Masa Hijrah
Kisah Nabi Muhammad Saw | Akhirnya, kabar Islam
semakin luas terdengar sampai di Madinah. Suatu saat datanglah 10 orang Madinah
kepada Nabi Muhammad menyatakan diri masuk Islam dan mereka berbaiat kepadanya
untuk setia dan menjalankan ajaran Islam sebaik-baiknya. Terjadilah janji setia
mereka dibawah pohon, mereka dibaiat yang kemudian dikenal dengan Baiat Aqabah
I. Kemudian pada tahun berikutnya datanglah 70 orang Madinah yang terdiri dari
laki-laki dan perempuan menyatakan diri masuk Islam dan berbaiat kepadanya
untuk setia dan menjalankan ajaran Islam dengan baik dan benar, dan disebutlah
peristiwa itu dengan Baiat Aqabah II.
Kaum kafir Quraisy pun semakin mengetatkan
penyiksaan terhadap kaum muslimin. Dan pada saat, siksaan itu semakin menjadi,
Allah mengizinkan kepada kaum muslimin untuk berhijrah ke Madinah. Sementara
Rasul masih tetap berada di Makkah.
Pada hari sabtu, terjadi pertemuan di Darun
Nadwah, yakni di rumah Qusoi bin Kilab, para kafir Quraisy merencanakan untuk
membunuh nabi dan sepakat untuk merahasiakan rencana tersebut. Mereka
memerintahkan setiap suku untuk memukul dengan pedangnya, sehingga suku Abdi
Manaf tidak akan dapat meminta tanggung jawab mereka, karena seluruh suku telah
membunuhnya. Dan ditentukanlah saat persekongkolan kafir Quraisy untuk membunuh
Nabi Muhammad.
Setelah mendapat wahyu dari Allah, Nabi kemudian
memanggil Abu Bakar untuk segera berangkat ke Madinah sementara Ali Bin abi
Thalib yang masih muda diperintahkannya untuk tidur di kasurnya. Di saat malam
keberangkatannya ke Madinah, semua pemuda-pemuda yang tangguh dan kuat telah
mengepung rumahnya untuk membunuh Nabi Muhammad.
Rasulullah kemudian keluar dari rumahnya dengan
menaburkan pasir dan membaca ayat-ayat al-QUran.
“Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan
dari belakang mereka dinding (pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga
mereka tidak melihat sama sekali” (QS. Yasin 36:9).
Ketika mereka semua bangun, mereka
bertanya-tanya, mana dia? Mana dia? Kemudian mereka masuk ke dalam rumah.
Didatangi kamar tidur beliau. Mereka menyangka bahwa nabi Muhammad sedang
tidur. Ketika disingkapnya selimut itu, ternyata Ali bin Abi Thalib yang tidur
di kasur itu. Sadarlah mereka bahwa Nabi Muhammad telah pergi hijrah.
Nabi Muhammad bersama Abu bakar berangkat ke
Madinah, dan beliau berhenti di Gua Tsur dan menaiki bukit itu. Kaum kafir
Quraisy dijanjikan hadiah bagi siapa yang menemukan Nabi Muhammad Saw dan
sahabatnya, mereka segera menyusuri jejak-jejak yang dilewati Nabi bersama Abu
bakar. Tidak kurang para ahli pesiar yang sering berjalan di padang sahara iku
serta bersama mereka.
Namun sayang mereka tidak menemukan Nabi Muhammad
Juga. Jejak kaki itu terhenti di sebuah gua Tsur, dimana Nabi Muhammad dan Abu
bakar berada didalamnya. Namun mereka tidak yakin beliau ada ditempat itu,
karena gua itu telah ditutupi oleh sarang laba-laba dan sarang burung merpati
yang menutupi pintu gua itu. Mana mungkin ada ditempat itu? Apabila ia ada
didalamnya tentulah sarang laba-laba itu akan rusak dan sarang burung itu akan
rusak. Dengan berkat rahmat Allah, maka sampailah Nabi Muhammad Saw di madinah
dengan selamat. Kaum Muhajirin dan Anshor menyambut mereka berdua dengan sangat
gembira, berduyun-duyun penduduk Madinah melihat ke arash Tsniyatil Wada’. Dan dengan
rebana dari kulit binatang mereka membacakan syair:
Telah datang kepada kami bulan purnama
Dari arah Tsaniyatil Wada
Wajiblah kita bersyukur
Selama Tuhan mengurus Rasul kepada kita.
Sesampainya Nabi Muhammad saw di Madinah beliau
mendirikan mesjid yang pertama yaitu Masjid Quba 5 km barat daya dari Masjid
Nabawi. Dan beliau mempersaudarakan antara kaum Anshor yang berasal dari kaum
muslimin Madinah dan Muhajirin yang berasal dari kaum muslimin Makkah. Selain
itu beliau juga membuat piagam perjanjian antar suku-suku di Madinah untuk
saling menghargai, saling menghormati, saling memiliki rasa senasib dan
sepenanggungan dan memelihara perdamaian. Piagam tersebut dikenal dengan nama
“Konstitusi Madinah”. Sejak saat itu berdirilah pemerintahan Islam yang pertama
untuk memberikan perdamaian kepada seluruh manusia.
Mempersaudarakan Muhajirin dan Anshor
Pada suatu hari terjadi perkelahian antara
seorang muda Muhajirin, dengan seorang pemuda Anshor budak orang Muhajirin itu
bersorak-sorak. “Hai Muhajirin” Budak Anshor berteriak pula “Hai Anshor”.
Keributan ini hampir saja menjadi besar, kedua
belah pihak telah bertentangan. Syukurlah Rasulullah segera mendapat kabar
tentang kejadian ini ketika ia sedang duduk didalam rumahnya.
Beliau tegak dan pergi ke tengah-tengah orang
yang bertengkar itu, dengan suara yang keras beliau berkata “Apakah kamu semua
hendak kembali ke zaman jahiliyah?”
Mereka menerangkan asal-muasal perkelahian itu
sampai kedua belah pihak menyorakkan “Hai Muhajirin” dan “Hai anshor”.
Mendengar itu Rasulullah berkata : “Tidak boleh
lagi perkataan yang demikian itu diulang-ulang kembali karena perkataan itu
sudah basi” Kedua pemuda yang bertengkar itu didamaikan oleh Rasulullah,
sehingga keadaan tenang dan aman kembali.
Kabar kejadian ini terdengar oleh Abdullah bin
Ubai.
“Ah inilah suatu peluang yang baik untuk
menghasut” pikirnya. Kemudian ia berkata kepada orang-orang yang dapat
dipengaruhinya dari kalangan penduduk Madinah bahwa orang-orang Muhajirin telah
memukuli anak-anak kita. Mereka leluasa berbuat semau-maunya di dalam negeri
kita, padahal mereka menumpang. Tak ubahnya dengan kaum muhajirin ini seperti
pepatah orang tua “Sammin kalbaka yakulka (Gemukkanlah anjingmu supaya engkau
dimakannya). Bodoh benar tuan-tuan ini, tuan-tuan serahkan diri kepada mereka,
tuan-tuan berikan negeri tuan untuk mereka diami, tuan-tuan berikan mereka
kartu tuan-tuan, bukankah lebih baik kemurahan ini dihentikan saja, supaya
mereka boleh pindah dari negeri ini? Begitu pemurah tuan-tuan sehingga
tuan-tuan lebih suka mati lantaran membela Muhammad dan Muhajirin itu,
anak-anak tuan menjadi yatim, tuan-tuan menjadi punah, sedang mereka bertambah
banyak dan berkembang biak disini.
Seorang bernama zaid bin arqam demi mendengar
perkataan itu segera menyampaikan kepada Rasulullah. Didalam majlis itu,
adapula Umar. Bukan main marah Umar mendengar perkataan itu, lalu ia berkata
kepada Rasulullah: “Biar hamba potong lehernya ya Rasulullah”, “Jangan Umar”.
Kata Rasulullah “Bagaimana kelak kata orang? Akan orang katakan Muhammad itu
membunuh sahabatnya”.
Setelah kejadian itu, Rasulullah mempersaudarakan
antara Muhajirin dan Anshor di rumah Anas bin Malik. Sebanyak 90 orang
berkumpul dirumah itu. Setengahnya orang-orang Muhajirin dan setengahnya
orang-orang Anshor. Rasulullah kemudian mempersaudarakan mereka, orang-orang
Anshor mewariskan sebagian hartanya kepada orang-orang Muhajirin. Dan turunlah
Ayat:
Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang
mukmin dari nabi mereka sendiri (maksudnya lebih mencintai nabi dari dirinya
dalam segala urusan) dan isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang
mempunyai hubungan darah satu sama lain berhak (waris mewaris) didalam kitab
Allah daripada orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik
(maksudnya berwasiat yang tidak lebih dari sepertiga harta) kepada
saudara-saudara mu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis didalam
kitab (Allah) . (QS. Al-Ahzab 6).
Kemudian dihapuskanlah warisan kepada rahim tanpa
aqad ukhuwah (persaudaraan muslim). Konon Muhajirin ketika datang ke madinah
mewariskan kepada Muhajirin dan Anshor tanpa keluarganya, untuk
mempersaudarakan yang dipimpin oleh nabi antar mereka. Maka Abu Bakar
disaudarakan dengan Kharijah Bin Zaid, Umar bin Khattab disaudarakan dengan
fulan, Usman bin Affan dengan laki-laki dari Bani Zuraiq bin Saad az-Zarqie,
Zubair bin Awwam dengan Kaab bin Malik.
Dan Rasulullah telah mempersaudarakan muhajirin
dan Anshor untuk yang kedua kalinya kemudian ia mengambil Ali sebagai
saudaranya dan yang pertama tetap, dan kaum muhajirin saat itu membutuhkan
sekali persaudaraan islam, persaudaraan rumah, pendekatan nasab selain
Muhajirin dan Anshor, kalau mereka dipersaudarakan dengan Muhajirin, maka orang
yang paling berhak dengan persaudaraan orang yang paling dicintai Rasulullah dan
kawannya dalam hijrah, Abu Bakar adalah orang yang paling utama, “dan ia
berkata: “Kalau aku menjadikan atau memilih salah seorang penduduk bumi menjadi
teman maka aku jadikan Abu Bakar sebagai kawan, bahkan persaudaraan Islam lebih
utama”.
Maka mereka pun menjadi saudara yang merasa
senasib sepenanggungan, mereka adalah saudara di waktu suka maupun duka. Islam
membuka persaudaraan seluasnya kepada kaum yang dahulu tidak saling mengenal.
Dengan hal ini mereka seperti anak panah yang bersatu dalam satu busur. Mereka
tidak melihat lagi perbedaan antara Anshor dan Muhajirin. Yang ada pada mereka
adalah Islam untuk disebarkan kepada seluruh manusia, untuk membebaskan mereka
dari tirani kedzaliman dan membawa mereka kepada peradaban dunia yang bermoral.
Perang Badar
Keberadaan kaum muslimin di Madinah telah
mengundang kemarahan besar bagi kaum kafir Quraisy di Makkah. Mereka berang
dengan kegagalan kaum Quraisy membunuh nabi sebelum keberangkatannya ke
madinah, dan kegagalan mereka mencari jejak nabi di padang pasir antara makkah
dan Madinah yang berjarak kurang lebih 500 kilometer. Kedengkian mereka
terhadap nabi terus berkobar laksana api tak padam sebelum petunjuk Allah
menyirami mereka. Mereka berketetapan hati untuk membunuh nabi dan pengikutnya
agar Islam tidak berkembang di Madinah.
Setelah Rasulullah Hijrah ke Madinah, beliau
mulai menyusun strategi, Rasulullah emerintahkan kepada kaum muslimin untuk
menghambat kaum Quraisy yang pulang dari berniaga dari Syam. Beliau menyerahkan
pimpinan kepada Hamzah sebagai panglima.
Mereka mengumumkan perang terhadap kaum muslimin.
Di bawah pimpinan Abu jahal pasukan kafir Quraisy yang berjumlah 1000 orang
berangkat menuju Madinah. Sementara kaum Muslimin yang berjumlah 313 orang
dipimpin Hamzah bin Abdul Muthalib menyambut kedatangan mereka diluar kota
Madinah yang disebut dengan daerah Badar.
Maka terjadilah perang pada hari jumat tanggal 17
Ramadhan tahun ke 2 H. Allah mewahyukan kepada nabi bahwa Allah akan menurunkan
bantuannya bagi nabi QS. Al-Anfal 9:”Bahwa aku akan menambahkan jumlah kalian
dengan seribu malaikat yang akan membantu kalian: Dalam ayat lain QS. Ali Imran
124: “Ketika engkau berkata kepada orang-orang yang beriman bahwa Allah akan
mencukupkan kalian dengan tiga ribu malaikat yang turun (dalam peperangan itu),
apabila kalian sabar dan bertakwa, mereka akan datang tiba-tiba menambah
(jumlah) kalian dengan 5000 malaikat. Pihak Quraisy yang dipimpin oleh Abu
Jahal, sedang pihak kaum muslimin dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Muthallib.
Pasukan ini tidak seimbang tetapi keberanian dan ketangkasan sama-sama tidak
kalah, kedua pihak bersama-sama orang Quraisy.
Baru saja pertempuran dimulai, dari pihak Quraisy
telah tampil al-Aswad bin Machzumi, seorang pahlawan gagah perkasa, tegar dan
sukar tandingnya. Hamzah tampil pula ke muka. Aswad mengeluarkan tombaknya
seraya berkata:”Saya berjanji atas nama Allah akan kuminum darah mereka dan
akan kuhancurkan kekuatan mereka atau aku sendiri mati”.
Singa Allah , tampil ke muka, terjadilah
peperangan sengit dengan tombak, tak ada suara yang keluar dari keduanya.
Sekali melambung ke atas, sekali ke bawah tetapi tak lama kemudian gemuruhlah
bunyi takbir riuh rendah, dan bunyi pekik alamat aswad
Jatuh, dan singa Allah beroleh kemenangan,
seakan-akan dia berkata: “Sumpahnya yang terakhirlah yang engkau tebus hai
Aswad, engkau minta mati”. Pedang Hamzah menembus dada sampai ke punggungnya.
Setelah itu tampil pula Utbah bin Rabiah dengan
saudaranya Syaibah dan anknya Walid, ketiganya mengendaki lawan dari pihak
muslim, mulanya hendak ditantang oleh tiga orang Anshor tetapi mereka tidak mau
menerima dan dengan somong mereka berkata:
“Kamu bukan lawan kai, panggil saja
pahlawan-pahlawan yang semedan dengan kami, yang setimpal dan seketurunan
dengan kami”.
Maka Nabi pun memilih tiga orang perkasa yaitu
Ubaidah bin Al-Harits, Hamzah bin Abdul Muthallib sekali lagi, dan yang ketiga
Ali bin Abi Thalib.
Hamzah melayani Utbah, Ali dan Ubaidah menghadapi
yang dua lagi. Tetapi hanya beberapa saat saja ketiga musuh itupun langsung
rebah. Setelah berlangsung perang tanding itu barulah terjadi pertempuran,
orang Quraisy mengalami kekalahan besar. Melihat Hamzah bertanding dua kali itu
sangat mengejutkan hati mereka. Di Badr inilah Abu Jahal binasa. Dan Hamzah
mendapat gelar Asadullah wa Rasulihi (Singa Allah dan RasulNya).
Perang Badar adalah perang pertama Islam yang
terjadi antara kaum muslimin dengan kaum kafir Quraisy yang menyerang Madinah.
Perang pertama dalam Islam yang memberikan kemenangan gilang gemilang kepada
kaum muslimin meskipun jumlah mereka sangat kecil. Masa itulah awal mula
terpancang bendera Islam di tanah Arab. Yang tak dapat dijatuhkan lagi. Ketika
itu, Hamzah dan anak saudaranya Ali bin Abi Thalib beroleh kejayaan yang tiada
bandingan.
Dalam perang itu banyaklah orang-orang yang
ditawan setelah peperangan usai. Para sahabat pun banyak berselisih pendapat
mengenai tawanan-tawanan itu. Rasulullah sendiri menunggu wahyu Allah yang akan
menjelaskannya tentang masalah tawanan itu. Namun sampai masalah tersebut
semakin sengit diperselisihkan, maka Rasulullah mengambil kebijakan yang
mendukung pendapat Abu Bakar untuk menerima upeti dari tawanan perang badar,
tetapi akhirnya turunlah firman Allah yang menyalahkan kebijakan beliau:
“Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan
sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta
benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akherat (untukmu). Dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan
yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan besar karena
tebusan yang kamu ambil” (QS. Al-Anfal 8:67-68).
Inilah sebuah bukti bahwa dalam sikapnya, nab i
Muhammad saw selalu disetir oleh wahyu. Sehingga insyaflah beliau terhadap
kekeliruannya dan mengganti kebijakannya dengan mewajibkan tawanan mengajarkan
baca-tulis kepada orang-orang yang tidak bisa membaca ataupun menulis saat itu.
Perang Uhud.
Kekalahan kafir Quraisy dalam perang Badar telah
menorehkan dendam dalam hati kafir Quraisy. Kemenangan kaum muslimin di Badar
telah membangkitkan dendam di dalam hati kaum Quraisy. Maka pada tahun
berikutnya, Abu Sufyan memprakarsai perang menyerang kaum muslimin di Madinah.
Mereka bentuk satu angkatan perang yang besar dengan kekuatan 3000 orang,
dibawah pimpinan pahlawan-pahlawan mereka yang terkenal seperti Khalid bin
Walid, Ikrimah bin Abi Jahal dan lain-lain. Dan Abu Sufyan dipilih menjadi
panglima pasukan perang.
Peperangan Uhud adalah hari pembalasan kaum
Quraisy atas kekalahan mereka dalam perang badar setahun sebelum perjanjian
Hudaibiyah. Di antara mereka Zubair bin Mutham menjanjikan budaknya Wahsyi,
kalau dapat membunuh Hamzah dia akan dimeredekakan, karena paman ubair yang
bernama Thuaiman bin Adi mati dalam perang Badar karena kena tikam pedang
Hamzah. Hindun anak Utbah bin Rabiah dan isteri dari Abu Sufyan yang ayahnya
mati oleh pedang Hamzah ikut juga dalam peperangan dan bersumpah akan mengunyah
jantung Hamzah.
Demi mendengar hal itu, Rasulullah mengumpulkan
semua sahabatnya dari Muhajirin dan Anshor. Rasulullah mengadakan musyawarah
dengan mereka apakah musuh akan dihadapi dari dalam kota atau akan dihadapi di
perbatasan Madinah. Adapun sahabat Abu Bakar, Umar, Ali, Usman dan lainnya,
mengeraskan suara supaya disongsong keluar kota, tapi kaum munafikin yang diketuai
Abdullah bin Ubay mengeraskan suaranya supaya bertahan didalam saja.
Dalam urusan perang, karena peperangan adalah
urusan duniawi, Rasulullah memberi kebebasan kepada para sahabatnya menyatakan
pendapat, walaupun pendapat itu berlainan dengan pendapat beliau sendiri. Maka
terjadilah perdebatan. Di satu pihak mengatakan akan menggunakan strategi
ofensif dengan menghadapi musuh yang datang dan pihak lain menggunakan strategi
defensif dengan menghadapi musuh di dalam kota saja. Itulah pendapat Abdullah
bin Ubay dan Rasulullah pun setuju dengan pendapat itu. Tetapi lantaran pihak
yang banyak yaitu pihak Muhajirin dan Anshor yang setuju dengan strategi
ofensif, maka pendapat itulah yang menjadi pututsan dan beliau menyetujui
putusan itu. Maka beliau menggantungkan baju bajanya, menyandangkan perisainya,
menggantungkan pedangnya di atas pinggangnya dan naiklah beliau ke atas
kudanya.
Tetapi ketika akan berangkat, setengah dari
sahabat yang tadinya menyetujui menyerang keluar kota tiba-tiba keluar dari
pendiriannya dan menangkis dari dalam kota saja. Ketika itulah Rasulullah
berkata: “Pantang bagi seorang Nabi akan membuka pakaian perang yang telah
dilekatkannya, sebelum tentu kalah menang di antara dia dengan musuhnya”.
Akhirnya, kaum munafik yang berjumlah tiga ratus
orang itu menghasut kiri kanan, sehingga kaumnya yang berjumlah tiga ratus
orang itu tidak jadi berperang.
Tersebut dalam sejarah, dalam perang Uhud kaum
muslimin beroleh kerugian-kerugian disebabkan oleh kaum munafikin yang dipimpin
oleh Abdullah bin Ubai mundur sebelum bertempur, mereka terdiri dari 300 orang
sehingga kaum mujahidin tinggal 700 orang. Tengah pertempuran berlangsung, para
penjaga bukit karena mengharapkan harta rampasan tak pula menurut perintah
Nabi, sehingga nabi sendiri beroleh luka-luka dalam pertempuran itu.
Angkatan perang kafir Quraisy yang dipimpin oleh
Abu Sufyan. Dalam pertempuran itu, tampil ke muka seorang pahlawan bernama Siba
bin Uzza al-Chuzale, ia berteriak minta lawan, kalau-kalau ada di antara kaum
muslimin yang berani. Sebagaimana biasanya tantangan demikian adalah kegemaran
Hamzah, ia tampil ke muka lalu berkata kepada Siba. “Alangkah beraninya engkau
melawan Allah dan Rasulnya”. Tidak berapa lama pertempuran pun berlangsung, dan
tidak lama kemudian Siba pun gugur.
Waktu itulah Wahsyi yang telah dijanjikan akan
dimerdekakan, yang sedari tadi bersembunyi mengintip dari sebuah lobang, baru
saja Hamzah mendekat ke lubang itu, dipukulkanlah Hamzah dengan sebuah batu
dari belakang. Sehingga Hamzah jatuh tersungkur, Wahsyi berlari ke tempat itu,
dan diulangi memukul beberapa kali lagi, sehingga pada waktu itu juga Hamzah
bin Abdul Muthallib menghembuskan nafasnya yang terakhir menemui ajal.
Kemudian datanglah Hindun, dibawanya pisaunya,
dibelah dada Hamzah, diambilnya jantungnya, dikunyah-kunyah dengan amat
buasnya. Rupanya jantung itu agak geras digigit, lalu disemburkannnya dan ia
berkata: sekarang terbalaslah dendam ayahku, pamanku dan dendam saudaraku.
Lunaskanlah nadzar yang telah ku buat setahun lamanya”.
Jadi jelaslah bahwa tewasnya Hamzah bukan dalam
peperangan menghadapi lawan, tetapi dihantam dengan batu oleh Wahsyi secara
curang dari tempat tersembunyi.
Peperangan selesai, dendam Quraisy terbalas dan
kesedihan tinggal pada kaum muslimin. Nabi sendiri luka-luka di dahi, gigi dan
tangannya, dan beliau memeriksa mayat-mayat pahlawan yang tewas, dan ketika
dilihatnya mayat pamannya yang tercinta itu, dan badannya telah hancur luluh,
dadanya sudah robek-robek tak dapatlah Nabi menahan air matanya.
Ia menangis dan berkata: “Demi Allah kalaulah
tidak untuk menjaga hati Shofiyyah (saudara perempuan Hamzah) dan jangan pula
menjadi kebiasaan sepeninggalku kelak, akan kubiarkan mayat ini tinggal disini,
supaya kelak ia dikumpulkan dari tempat yang berjauh-jauhan. Semoga aku tak
akan bertemu lagi kesedihan sebesar ini. Tak ada satu kekecewaan yang lebih
besar dari hari ini. Rahmat Allah tetaplah padamu Hamzah! Engkaulah yang selalu
sudi berbuat baik!.
Kaum muslimin tak ada yang berkata sepatah jua
pun. Mereka amat sedih atas kematian “singa Allah” dan kekalahan yang diderita
ini.
Nabi berdiri di sisi jenazah Hamzah yang mati
syahid dianiaya. Sebagai seorang manusia, sedih juga hati beliau melihat paman
yang dicintainya mati dalam keadaan yang menyedihkan, geram juga melihat musuhnya
telah menganiaya pamannya sedemikian rupa, maka nabi berkata: “Akan kuaniaya
tujuh puluh orang dari mereka sebagai balasan untukmu”. Maka Allah mengutus
orang Jibriel dengan membawa akhir surat An-Nahl kepada nabi, sementara ia
dalam keadaan berdiri:
“Dan jika kamu mengadakan pembalasan, maka
balaslah dengan pembalasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.
Akan tetapi jika kamu bersabar sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi
orang-orang yang sebar. Bersabarlah hai Muhammad dan tiadalah kesabaranmu itu
melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap
kekafiran mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka
tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan
orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS An-Nahl 16: 126-128)
Peperangan Uhud sebagaimana diterangkan oleh
sejarah, memang membawa kesedihan yang memilukan hati kaum muslimin,
pahlawannya yang utama. Hamzah gugur disana, 70 orang sahabat telah syahid di
Uhud. Sekembali dari peperangan itu kelihatan sekali kegembiraan orang-orang
yang munafik yang tidak ikut berperang itu melihat kerugian kaum muslimin.
Kerja mereka tidak luput menghasut kiri kanan, mematahkan hati orang-orang yang
beriman, serta mencari-cari kesalahan kaum muslimin untuk dijadikan bahan
hasutan. Dengan terjadinya peperangan Uhud dan debat sebelumnya, nyatalah bagi
Nabi. Mana pengikutnya yang mempunyai iman yang kuat, mana pula yang masih
mempunyai iman yang lemah dan yang setengah ragu-ragu, serta jelaslah pula bagi
beliau orang-orang yang termasuk golongan munafik dan kekuatan riil militer
beliau yang sesungguhnya.
Setelah kekalahan kaum muslimin dalam perang
Uhud, sadarlah kaum muslimin bahwa banyak orang munafik yang menggembosi
perjuangan Nabi dan kaum muslimin. Maka dalam peperangan berikutnya, dihinakan
orang-orang munafik itu sehingga kaum muslimin tak dapat dikalahkan.
Perang Khandaq
Perang khandaq terjadi pada bulan Syawal 5 H,
perang ini terjadi karena tokoh Yahudi dari bani nadir, Salam bin Abi al-Huqaiq
dan Huyay bin Akhtob, Kinanah bin rabi bin Abi al Huqaiq, Haudzah bin Qois
al-Qaily dan Abu Ammar al-Waily dari Bani Wail bersekutu dengan kafir Quraisy
makkah untuk menyerang nabi Muhammad saw. Ketika mereka sampai di makkah,
mereka berkata: “Kami akan bersekutu dengan kalian untuk menyerang kaum
muslimin sampai mereka habis”, mendengar perkataan itu maka orang Quraisy
berkata:”Wahai orang-orang Yahudi! Sesungguhnya kalian adalah ahlul kitab yang
pertama sebelum Muhammad, dan kalian mengetahui bahwa kami sejak dulu
bertentangan dengan Muhammad! Apakah agama kami lebih baik dari agamanya?”
mereka menjawab:”Agama kalian lebih baik dari agaman ya, dan kalian lebih utama
dan lebih berhak darinya”.
Untuk menghadapi perang Ahzab atau perang Khandaq
ini maka dilaksanakanlah strategi perang Salman al-Farisi untuk membuat pola
strategi perang defensif tetapi mematikan. Kedahsyatan strategi itu telah
membuat decak kagum kaum muslimin dan kekalahan musuh yang menyerang Madinah.
Atas inisiatifnya dibuatlah instruksi Rasulullah untuk membuat galian parit untuk
pertahanan kota madinah.
Gambaran jihad dan cinta sahabat kepada
Rasulullah begitu tampak dalam persiapan pertahanan kota dari gempuran mush.
Nabi Muhammad Saw keluar pada waktu perang khandaq, saat itu kaum muhajirin dan
Anshor sedang menggali parit di siang hari yang sangat panas, tidak ada budak
yang menolong mereka, ketika Rasulullah melihat mereka keletihan dan kelaparan,
Rasulullah bersabda:”Ya Allah jadikanlah kehidupan ini sebagai kehidupan
Akherat maka ampunilah kaum Anshor dan Muhajirin”. Tanpa kenal lelah kaum
muslimin terus bekerja dan bila mereka hendak keluar untuk urusan pribadinya
mereka minta izin Rasululla, dan kembali ke tempatnya semula setelah
menyelesaikannya, mereka tersu menggali parit itu, meskipun para sahabat
melarangnya. Dengan teriakan Allahu Akbar Rasulullah kembali mengobarkan
semangat kaum muslimin. Maka turunlah Firman Allah:
“Sesungguhnya yang sebenar-benarnya orang mukmin
ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya, dan Apabila mereka
berada bersama rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan,
mereka tidak meninggalkan (rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya.
Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (muhammad) mereka itulah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, maka apabila mereka meminta
izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu
kehendaki di antara mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah.
Sesungguhnya Allah maha kuasa pengampun lagi maha Penyayang”(QS. An-Nur 24:62)
Pada bulan syawal berdatanganlah pasukan sekutu
untuk menyerang madina. Pasukan Quraisy dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb dan
pasukan Bani Fazarah dipimpin oleh Uyaynah bin Hisn bin Hudzaifah bin Badr,
Harits bin Auf bin Abi Haritsah al-Mirrie di barisan Bani Murrah, Masud bin
Rukhaylah bin Nuwayro bin Thorif dari Bani Asyja.
Dalam perang itu kaum muslimin dikepung oleh
pasukan sekutu. Harap-harap cemas terbersit dihati mereka, tetapi Rasulullah
menguatkan hati mereka bahwa Allah akan menurunkan pertolongannya. Beberapa
orang diutus ke front musuh untuk menyelesaikan persoalan: Saad bin Muadz,
tokoh suku Aus, Saad bin Ubadah bin Dulaim, Abdullah bin Rowahah dan khowwat
bin Jubair bersama salah seorang tokoh dari suku Khazraj. Namun tidak pernah
ada kata sepakat ataupun perdamaian.
Selama dua puluh hari kaum muslimin dikepung. Ali
bin Abi Thalib menampilkan keberanian yang gilang gemilang dalam perang ini,
dan membuat para musuh hanya melakukan penyerangan dengan cara melempar batu,
panah dan mengepung kaum muslimin selama itu tanpa ada yang berani menantang
Ali.
Pada perang itu juga, seorang ksatria musuh yang
sangat terkenal, Abdullah bin Abdi Wud tewas di ujung pedang Ali bin Abi Thalib
dan mayatnya jatuh ke dalam parit. Kekalahan terus dialami Quraisy makkah,
wajah mereka pun tertekuk menanggung malu atas kekalahan itu. Demi melihat
kesatria yang dihormatinya mati di parit itu, malu hati kiranya bila Quraisy
yang dikenal perniagaannya tidak mampu menebus mengembalikan pahlawannya ke
kampung halaman. Kaum Musyrikin memberikan uang sebesar sepuluh ribu dinar
kepada rasulullah untuk menebus mayat pahlawan mereka. Rasul menjawab :”Aku
tidak menjual mayat. Ambillah mayat kawanmu itu”.
Di lain saat, seorang tawanan tidak berdaya
setelah kekalahannya. Rasulullah melarang pembunuhan terhadap seorang tawanan
yang tertangkap dalam keadaan tangannya masih terikat. Dampak dari perintah ini
demikian besar hingga Abu Ayyub al Anshori, yang meriwayatkan hadis ini
berkata:”Aku bersumpah demiAllah yang menguasai hidupku, bahwa aku tidak akan
menyembelih, sekalipun seekor ayam, yang sudah ku ikat dengan tali”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar